kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,60   5,02   0.56%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simalakama dana PEN bagi bank pelat merah


Rabu, 04 November 2020 / 18:58 WIB
Simalakama dana PEN bagi bank pelat merah
ILUSTRASI. Petugas teller melayani nasabah di Kantor Cabang Utama (KCU) Bank Mandiri Bintaro Tangerang Selatan./Pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo.


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) menopang pertumbuhan kredit bank pelat merah, sementara peers pada kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) 4 pertumbuhan kreditnya masih negatif.

Sayangnya, penyaluran kredit jor-joran dari bank milk negara ini tak serta merta meningkatkan laba mereka. Sebaliknya, bank BUMN ini justru cenderung mencatat penurunan laba yang lebih dalam dibandingkan peers di BUKU 4.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sampai Agustus 2020 mencatat pertumbuhan kredit 3,6% (yoy) menjadi Rp 868,99 triliun. Kemudian sampai September 2020 kredit PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tumbuh 3,8% (yoy) menjadi Rp 873,72 triliun, dan kredit PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) 4,2% (yoy) menjadi Rp 582,38 triliun. 

Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, penempatan dana PEN memang membuat para bank milik negara memiliki ekspektasi tinggi meski permintaan kredit sejatinya belum normal akibat pandemi. 

“Secara umum penempatan dana PEN memang membantu likuiditas jangka pendek dan membuat kami lebih percaya diri menyalurkan kredit meskipun permintaan masih belum terlalu kuat,” katanya Selasa (3/11).

Baca Juga: Kredit macet bank dinilai masih dalam tahap wajar, ini sebabnya

Dalam putaran pertama penempatan dana PEN, empat bank pelat merah dikucurkan dana Rp 30 triliun, BRI dan Bank Mandiri masing-masing dapat Rp 10 triliun, sementara BNI, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) masing-masing dapat Rp 5 triliun. 

Dana tersebut telah disalurkan menjadi kredit dengan target tiga kali dari nilai penempatan atau setara Rp 90 triliun. Sampai akhir periode penempatan dana pada akhir September total empat bank pelat merah tersebut telah merealisasikan kredit senilai total Rp 141 triliun atau setara 4,7 kali lipat dari nilai penempatan

Berkat pencapaian itu pula, pemerintah kembali menepatkan dana Rp 17,5 triliun kepada bank pelat merah tersebut, BRI, Bank Mandiri dan BTN masing-masing dapat tambahan penempatan dana Rp 5 triliun, sementara BNI dapat Rp 2,5 triliun. Selain itu, penempatan dana Rp 30 triliun sebelumnya juga diperpanjang sehingga penempatan total menjadi Rp 47,5 triliun dengan perincian BRI, dan Bank Mandiri dapat Rp 15 triliun, BTN Rp 10 triliun, dan BNI Rp triliun. 

“Untuk penempatan tahap kedua sejak 25 September sampai 17 Oktober 2020, BRI telah menyalurkan kredit Rp 15,06 triliun kepada 471 debitur. Selain menambah likuiditas, dana PEN memang memabntu penyaluran kredit BRI kepada masyarkat,” ujar Corporate Secretary BRI Aestika Oryza gunarto kepada KONTAN. 

Jika digabung dengan penyaluran kredit via dana PEN tahap pertama bank terbesar di tanah air senilai Rp 39,96 triliun, maka total penyaluran kredit BRI dari dana PEN senilai Rp 15 triliun mencapai Rp 55,02 triliun atau setara 6,3% dari portofolio kredit BRI pada Agustus 2020 Rp 868,99 triliun. 

Baca Juga: Jadi kebutuhan utama selama pandemi, bank berlomba memperkaya fitur mobile banking

Corporate Secretary Bank Mandiri Rully Setiawan juga mengungkapkan hal serupa, penempatan dana PEN dari pemerintah nyatanya memang turut mendongkrak penyaluran kredit perseroan. 

“Dana PEN terutama membantu perseroan untuk menyalurkan kredit ke sektor riil, dan padat karya. Dari total penempatan dana Rp 15 triliun kami berhasil menyalurkan kredit Rp 51,08 triliun kepada 182.000 debitur sampai akhir Oktober lalu,” jelas Rully. 

Adapun merujuk catatan Otoritas Jasa Kuangan (OJK) total penempatan dana PEN senilai Rp 47,5 triliun kepada Himbara (Himpunan bank milik negara) sampai akhir Oktber 2020 telah mencapai Rp 166,39 triliun. 

Dengan catatan demikian, wajar pertumbuhan kredit bank pelat merah masih tumbuh positif dibandingkan para peers di BUKU 4. Meski demikian bekal dana PEN buat penyaluran kredit yang jor-joran tersebut belum berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas bank pelat merah tersebut. 

Dibandingkan BUKU 4 yang sudah mempublikasikan laporan keuangannya sampai kuartal III-2020, penurunan laba bersih Bank Mandiri, dan BNI tercatat cukup dalam dibandingkan peers masing-masing negatif 30,7% (yoy), dan negatif 63,9% (yoy). Penurunan laba bersih BNI bahkan jadi yang paling dalam di antara tujuh BUKU 4. 

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Lando Simatupang menilai ekspansi kredit dari dana PEN memang tak bisa serta merta mengerek laba bank pelat merah tersebut. 

“Penyaluran kredit tersebut belum semuanya bisa memberikan pendapatan buat bank, dan lagipula ada marjin tertentu dalam program PEN,” ungkap Lando kepada KONTAN, Rabu (4/11).

Baca Juga: NPL perbankan naik, sektor pertambangan, pengolahan dan perdagangan jadi pemicu

Ia menambahkan penurunan laba terjadi akibat pencadangan dan rasio kredit macet alias non performing loan (NPL) yang meningkat. 

Ini yang terjadi pada bank pelat merah, Bank Mandiri misalnya mencatat kenaikan NPL dari kuartal II-2020 sebesar 3,28% menjadi 3,33% pada kuartal III-2020. Sementara BNI meningkat dari 3,0% menjadi 3,6%.

Sebaliknya BUKU 4 swasta cenderung berhasil menekan laju NPL pada kuartal III-2020 sehingga dapat mencegah penurunan laba lebih dalam. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) misalnya mencatat penurunan rasio NPL dari 2,1% menjadi 1,9%, adapula PT Bank Danamon Tbk (BDMN) yang rasio NPL-nya menurun dari 4,2% menjadi 3,2%.

“Kebutuhan pencadangan kami pada kuartal III-2020 lebih rendah, karena kami juga berhasil menekan NPL. Di samping itu pertumbuhan laba operasional juga cukup bagus, dengan PPOP tumbuh 2,9% (yoy) sehingga laba bersih kami pada kuartal III-2020 tak turun terlalu dalam,” ujar Direktur Keuangan BCA Vera Eve liem belum lama ini.

Ekonom Indef Bhima Yushistira pun sepakat menilai penyaluran kredit dari dana PEN memang terkesan dipaksakan saat risiko kredit akibat pandemi justru melonjak tinggi. Ini yang bikin rasio kredit macet buat bank pelat merah terkerek. 

“Akhirnya bank Himbara kurang selektif menyalurkan kredit sehingga NPL naik dan pencadangan pasti meningkat. Sementara bank lain justru lebih hati-hati memilih calon debitur dan dapat menjaga kualitas kreditnya,” kata Bhima.

Selanjutnya: Meski terkontraksi, OCBC NISP mampu catatkan laba Rp 1,9 triliun di kuartal III-2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×