kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

NPL perbankan naik, sektor pertambangan, pengolahan dan perdagangan jadi pemicu


Rabu, 04 November 2020 / 05:15 WIB
NPL perbankan naik, sektor pertambangan, pengolahan dan perdagangan jadi pemicu


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Angka kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) perbankan selama pandemi terus terkerek. Sektor industri pertambangan, pengolahan dan perdagangan jadi pendorong utama kenaikan NPL ini.

Sampai kuartal III-2020, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat NPL gross perbankan mencapai 2,09%, naik cukup tinggi dibandingkan akhir tahun lalu pada level di bawah 1,50%.

Peningkatan rasio utamanya disebabkan NPL kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) 4 yang masih meningkat menjadi level 2,35%, dan BUKU 3 menjadi level 1,09%.

Jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, industri pertambangan, pengolahan, dan perdagangan punya kontribusi paling besar dimana masing-masing menyumbang NPL berturut-turut 5,51%, 4,58%, dan 4,58%.

Sejumlah bank jumbo mengakui sektor-sektor tersebut memang jadi biang keladi makin tingginya NPL perbankan. 

Direktur Manajemen Risiko PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Ahmad Siddik Badruddin misalnya menyatakan pandemi memang memperparah sejumlah sektor ekonomi yang sudah jatuh sebelumnya. 

Baca Juga: OJK: Kredit perbankan mulai tumbuh tapi masih melambat

“Sektor yang mendorong kenaikan NPL kami berasal dari pertambangan batubara, perdagangan mesin besar dan peralatan. Sektor-sektor ini umum telah terdampak pelemahan harga komoditas sebelum pandemi,” ungkapnya kepada Kontan.co.id, Selasa (3/11).

Lantaran telah bermasalah sebelum pandemi, debitur-debitur pada sektor ekonomi tersebut disebut Siddik juga tak mampu dibantu bank dalam program relaksasi restruturisasi dari OJK. 

Khusus pada kuartal III-2020, Siddik mengaku memang rasio kredit macet perseroan meningkat tipis dari 3,39% pada kuartal II-2020 menjadi 3,47%. Adapun sampai akhir tahun rasio tersebut juga ditaksir masih akan meningkat di kisaran 3,50%. 

Hal senada juga disampaikan Direktur Kredit PT Bank Danamon Tbk (BDMN) Dadi Budiana yang menjelaskan pihaknya berhasil menekan NPL dari 4,2% pada kuartal II-2020 menjadi 3,2%. Tapi, sejumlah sektor masih mencatatkan kenaikan NPL.

“Kami masih melihat ada kenaikan NPL pada sektor perdagangan, konstruksi, dan transportasi. Pandemi memang jadi salah satu tantangan terbesar buat sektor-sektor tersebut,” ujarnya.

Adapun di PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tercatat cuma sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta pertambangan yang masih mengalami kenaikan NPL. Kenaikan rasio NPL pada sektor ekonomi lainnya dapat diredam oleh BCA. 

Makanya pada kuartal III-2020 NPL gross BCA juga tercatat menurun menjadi 1,9% dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 2,1%.

“Guna menjaga laju NPL kami juga telah membukukan biaya pencadangan Rp 9,1 triliun sampai September 2020. Nilai tersebut meningkat Rp 5,6 triliun atau 160,6% (yoy) sejalan dengan proyeksi risiko penurunan kualitas kredit,” ujar EVP Secretariat & Corpoarte Communiciation BCA Hera Haryn.

Selanjutnya: Bank besar di China hadapi potensi peningkatan NPL

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×