kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45863,29   1,62   0.19%
  • EMAS1.361.000 -0,51%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simpanan DPK Valas di Sejumlah Perbankan Meningkat


Minggu, 02 Juni 2024 / 19:51 WIB
Simpanan DPK Valas di Sejumlah Perbankan Meningkat
ILUSTRASI. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam valuta asing (valas) pada Maret 2024 melambat.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam valuta asing (valas) pada Maret 2024 melambat dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.

Terlihat DPK valas pada Januari 2024 tumbuh sebesar 2,86%, di Februari 2024 tumbuh 2,88%. Sedangkan, di Maret 2024 hanya tumbuh 0,64%.

Walau demikian, Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menyebut, dengan pertumbuhan sebesar 0,64%, menjadi sebesar Rp 85,28 triliun, merupakan level tertinggi sepanjang sejarah sejak 20 tahun terakhir.

Purbaya juga mengatakan, DPK valas masih didominasi oleh tabungan di atas Rp5 miliar, yakni korporasi-korporasi besar sekitar 84,4% atau sebesar US$ 71,97 miliar.

Baca Juga: Per April 2024, Utang Pemerintah Tercatat Sebesar Rp 8.338,48 Triliun

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga mencatat, DPK Valas BRI (bank only) tumbuh 28,72% secara YoY hingga akhir April 2024. Giro valas mendominasi komposisi DPK valas BRI. Adapun proporsi DPK Valas BRI sekitar 16,7% dibandingkan total DPK BRI.

"BRI berupaya meningkatkan DPK Valas dari nasabah eksportir seiring dengan ketentuan pengelolaan DHE yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Di samping itu, BRI memiliki nasabah importir yang membutuhkan DPK valas cukup besar dalam setiap transaksi operasionalnya, sehingga secara jumlah perlu dikelola dengan baik," ungkap Agustya Hendy Bernadi, Corporate Secretary BRI kepada kontan.co.id, Jumat (31/5).

DPK Valas BRI diproyeksikan akan terus tumbuh positif dan akan lebih difokuskan pada pertumbuhan DPK yang bersumber dari dana murah/CASA (Giro dan Tabungan).

"Dengan LDR valas yang managable, saat ini likuiditas valas berada di kondisi yang memadai," imbuh Hendy.

Baca Juga: Utang Pemerintah Tembus Rp 8.338,48 Triliun pada April 2024

Setali tiga uang, Kepala Divisi Retail Funding PT Bank Tabungan Negara (BTN) Frengky Rosadrian juga menyampaikan, hingga April 2024, DPK ritel valas di BTN menunjukkan tren peningkatan, baik jumlah rekening maupun nominal simpanan. 

"Peningkatan simpanan valas tercatat mencapai lebih dari Rp 300 miliar, meningkat 70% YoY yang didominasi oleh produk deposito valas," kata Frengky. 

Frengky menyebut, portofolio simpanan valas saat ini masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan total DPK BTN. Namun BTN terus berupaya untuk memberikan produk dan layanan valuta asing yang optimal bagi Nasabah sehingga dapat memperkuat posisi BTN sebagai bank devisa di Indonesia. 

Salah satu strategi BTN dalam valuta asing adalah akuisisi valas digital dan peningkatan transaksi valas baik yang dilakukan melalui outlet maupun kanal digital seperti BTN Mobile.

Baca Juga: FOREX - Dolar AS Menguat Menjelang Data Inflasi Utama, Yen Jepang Melemah

Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn  menyampaikan, likuiditas DPK valas terjaga dalam posisi memadai, sejalan proyeksi pertumbuhan transaksi valuta asing, kondisi perekonomian domestik serta global, serta pergerakan nilai tukar rupiah.

"Nilai DPK valas BCA per Maret 2024 tercatat mencapai Rp66,6 triliun atau sekitar 6% dari total DPK perseroan," ucap Hera.

Sebagai informasi, total DPK perseroan naik 7,9% menyentuh Rp1.121 triliun per Maret 2024. Pertumbuhan total DPK perseroan sejalan dengan peningkatan total volume transaksi BCA sebesar 20,8% YoY menjadi 8,3 miliar pada kuartal I 2024. 

"BCA berkomitmen memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai dengan kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang," tambahnya. 

BCA juga menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat, dengan tetap mempertimbangkan perkembangan kondisi pasar dan risiko. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×