kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sofyan: Ada yang tak nyaman jika bank BUMN merger


Selasa, 03 Februari 2015 / 19:21 WIB
Sofyan: Ada yang tak nyaman jika bank BUMN merger
ILUSTRASI. Casino di Okada Manila di Paranaque, Filipina, 11 Juli 2022. REUTERS/Eloisa Lopez/File Foto


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Rencana pemerintah memperkuat bank plat merah melalui merger masih belum jelas arahnya. Ada yang setuju dengan program ini, ada juga yang menentang.

Padahal menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil, kebijakan ini sangat bagus karena akan memperkuat perbankan milik pemerintah.

"Kelihatannya banyak sekali orang yang merasa tidak nyaman (dengan merger ini)," ujar Sofyan, Selasa (3/2) di kantor Wakil Presiden, Jakarta.

Sayangnya Sofyan enggan menjelaskan siapa pihak-pihak yang tidak senang tersebut. Dengan bibir yang tersenyum ia hanya bergegas masuk ke dalam mobil dan melaju.

Sebelumnya, rencana memperkuat perbankan yang berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini gencar dikeluarkan. Selain skema merger, Otoritas Jasa Keuangan melemparkan wacana akan untuk membuat perbankan berpelat merah terkonsolidasi.

Tujuannya, agar perbankan semakin kuat dan bisa bersaing dengan perbankan asing dalam rangka Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Seperti diketahui, salah satu pihak yang paling getol menolak merger bank BUMN adalah Himpunan Bank-Bank Umum Milik Negara (Himbara).

Himbara menilai, lebih penting menjaga kebanggaan keberadaan 4 bank BUMN tersebut agar mampu bersaing di ASEAN.

Menurut Gatot Murdiantoro Suwondo, Ketua Umum Himbara, ia selalu mempertanyakan urgensi dilakukan merger antara Bank Mandiri dan BNI. Ia meragukan kesiapan bersaing di ASEAN hanya bisa terjadi jika merger menghasilkan bank baru dengan modal lebih besar.

"Untuk apa punya modal besar jika nantinya tidak bisa disalurkan?," ujar pria yang juga menjabat sebagai Dirut BNI itu, Senin (2/2) kemarin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×