Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Meski kredit buy now pay later (BNPL) alias paylater perbankan masih berhasil tumbuh, trennya cenderung melambat seiring penurunan daya beli masyarakat. Alhasil, perbankan perlu strategi jitu untuk merawat pertumbuhan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat baki debet kredit BNPL perbankan tumbuh 25,9% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 24,86 triliun.
Meski memang masih tumbuh subur sampai dua digit, jika dibandingkan, pada bulan Agustus 2025 pertumbuhannya lebih masif, yakni mencapai 32,35% YoY.
Menurut Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan, tren pertumbuhan baki debit yang melambat ini sejalan dengan konsumsi rumah tangga. Pasalnya, daya beli masyarakat menjadi katalis penting dalam pertumbuhan kredit.
“Tingkat daya beli, yang saat ini membuat masyarakat lebih menahan diri untuk belanja, berpengaruh. Bila membaik, BNPL juga akan membaik,” jelas Trioksa kepada Kontan, Minggu (16/11/2025).
Memang, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,89% YoY pada kuartal III-2025 ini, lebih lambat dari pertumbuhan 4,97% YoY pada kuartal sebelumnya.
Baca Juga: Utang Pinjol dan Paylater Masyarakat RI Capai Rp 101,3 Triliun per September 2025
Selain daya beli dan tingkat konsumsi rumah tangga, prospek BNPL ke depannya juga dipengaruhi tingkat pengendalian inflasi dari sisi makro. Trioksa menjelaskan, inflasi yang terkendali dapat mendorong belanja dan otomatis penggunaan kredit.
Namun di tengah melambatnya pertumbuhan BNPL perbankan nasional, Head Corporate Secretary PT Allo Bank Indonesia Tbk Stacey Aryadi Suryoputro mengaku pertumbuhan baki debit Allo Pay Later secara bulanan (month-on-month/MoM) masih stabil.
“Total kredit yang disalurkan dan jumlah debitur Allo Pay Later naik lebih dari 200% sepanjang tahun 2024 dan 2025,” ungkap Stacey.
Ia bilang katalis utama yang memengaruhi pertumbuhan baki debet BNPL di Allo Bank adalah pertumbuhan nasabah baru. Maka dari itu, bank fokus pada akuisisi nasabah melalui perluasan kemitraan dengan mobile operator dan merchant lainnya. Strategi kolaborasi semacam itu, menurut Stacey, dapat memperluas cakupan layanan agar produk lebih kompetitif.
Bicara target, Allo Bank berupaya mencapai pertumbuhan di atas rata-rata pertumbuhan industri. Pun, Stacey optimistis pihaknya dapat melanjutkan momentum pertumbuhan yang cukup baik pada tahun lalu.
“Dengan mempertimbangkan kondisi makro ekonomi di tahun 2025 ini yang tidak sedang baik-baik saja, kami di Allo Bank ingin mencapai pertumbuhan kredit secara kompetitif namun sustainable,” sebutnya.
Baca Juga: Digibank Paylater DBS Catat Pertumbuhan 10% per Agustus 2025
Optimisme yang sama mengudara di PT Bank Raya Indonesia Tbk. Meski baru meluncur pada kuartal III-2025 ini, Direktur Keuangan Bank Raya Rustarti Suri Pertiwi mengungkapkan bahwa produk BNPL bank, Raya Paylater, telah digunakan oleh lebih dari 20.000 pengguna.
Sebagai bagian dari BRI Group, basis nasabah yang solid memberi peluang pertumbuhan bagi Bank Raya ke depannya. “Kami berstrategi untuk mengoptimalkan sinergi dengan ekosistem grup,” ujar Rustarti.
Sejauh ini, peningkatan awareness nasabah terhadap produk paylater menjadi salah satu fokus utama. Namun tak cuman itu, Rustarti bilang pihaknya juga mengembangkan berbagai fitur untuk menunjang daya saing Raya Paylater.
Dari sisi kualitas kredit, penggunaan teknologi seperti AI Credit Scoring juga didorong agar jumlah Approval Rate dapat meningkat dengan kualitas pinjaman yang tetap terjaga.
Baca Juga: Paylater Perbankan Tumbuh Dua Digit per Agustus, Begini Kondisi Sejumlah Bank
Selanjutnya: Adu Kuat Bank Digital Seabank vs Bank Jago dengan Sokongan Ekosistem E-Commerce
Menarik Dibaca: Apakah Timun Bisa Menurunkan Kolesterol Tinggi atau Tidak? Ini Jawabannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













