Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) memandang prospek pembiayaan tahun depan semakin menantang. Kendati begitu, bank pelat merah ini masih optimistis kredit bisa tetap tumbuh lebih baik.
BTN memproyeksi Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) akan tumbuh sekitar 10%. "Pertumbuhan yang sama terjadi baik untuk KPR subsidi maupun non subsidi," kata Haru Koesmahargyo Direktur Utama BTN dalam Media Gathering BTN, Jumat (25/11).
Optimisme ini didasari atas fakta masih tingginya backlog perumahan di Indonesia yang mencapai 12,7 juta unit berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2021.
Untuk menghadapi tantangan pembiayaan tahun 2023, BTN telah menyiapkan empat strategi bisnis.
Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Pembiayaan Investasi Capai Rp 77,92 Miliar Hingga Oktober 2022
Pertama, melakukan pergeseran atau shifting target ekspansi kredit.
Haru mengatakan, BTN akan melakukan shifting target dan alokasi sumber data untuk ekspansi kredit margin tinggi dan NPL rendah. Lalu, kredit juga akan difokuskan pada ekosistem pengembangan perumahan.
Kedua, melakukan rekomposisi dana pihak ketiga (DPK). Hal itu akan dilakukan dengan memperbesar rasio dana murah atau CASA serta memperkuat bisnis wholesale banking untuk mencari dana murah jangka panjang.
Ketiga, meningkatkan kualitas kredit. Haru bilang, hal itu akan dilakukan dengan melanjutkan inisiatif perbaikan proses bisnis kredit pada segmen UMKM, mempercepat penyelesaian kredit macet, dan melanjutkan inisiatif penjualan aset.
Keempat, memperkuat permodalan. Penguatan terutama dilakukan pada modal inti untuk memperbesar CAR sehingga mampu meningkatkan kemampuan penyaluran kredit, terutama segmen perumahan.
Baca Juga: Harga Rights Issue Bank BTN (BBTN) Akan Didiskon
Saat ini, BTN sedang dalam proses melakukan penambahan modal lewat mekanisme rights issue dengan target perolehan dana segar sebesar Rp 4,13 triliun.
Adapun tantangan ke depan menurut Haru ada tiga poin yakni kenaikan suku bunga, normalisasi kebijakan restrukturisasi Covid-19, dan tantangan profitabilitas.
Kenaikan bunga acuan akan jadi tekanan bagi perbankan menaikkan suku bunga simpanan meskipun likuiditas masih cukup tebal. Kenaikan itu tentu akan disusul oleh kenaikan bunga kredit.
Sementara saat bunga kredit naik maka nasabah akan menahan diri mengambil kredit perbankan yang bepotensi memperlambat laju pertumbuhan kredit perbankan.
Adapun kebijakan restrukturisasi Covid-19 akan berakhir pada Maret 2023 sehingga berpotensi meningkaykan NPL perbankan mengingat saat ini masih banyak debitur yang jadi beban restrukturisasi. Dengan begitu pencadangan terhadap NPL diperkirakan BTN akan semakin meningkat.
Sedangkan tantangan profitabilitas disebabkan pertumbuhan kredit BTN selama ini masih didominasi kredit yield rendah dan struktur DPK masih didominasi dana mahal.
Kemudian berbagai kebijakan terkait dengan GWM, ATMR dan Countercyclical Buffer yang mensyaratkan perbankan untuk memperkuat profitabilitas, permodalan dan kualitas bisnis.
Untuk itu, kata Haru, BTN perlu mulai mendorong penyaluran kredit-kredit high yield untuk memperbesar profitabilitas ke depan serta meningkatkan porsi dana murah.
Sedangkan untuk mempercepat penanganan masalah backlog perumahan yang terus meningkat setiap tahun, Bank BTN telah menyiapkan enam usulan inisiatif jangka pendek 2023.
Baca Juga: Ini Strategi Bank BTN (BBTN) Genjot Penyaluran KPR
Pertama, penerapan suku bunga tertentu untuk setiap kelompok desil penghasilan. Masyarakat akan dibagi menjadi desil 1 dengan penghasilan paling rendah sampai desil 10 dengan pendapatan tertinggi.
BTN mengusulkan agar desil paling miskin yakni 1-3 tidak cukup hanya diberikan kredit tetapi harus ada bantuan dari pemerintah. Misalnya, untuk masyarakat yang punya tanah diberikan bantuan membangun atau merenovasi rumah.
"Untuk desil 4-5, bisa menerapkan subsidi yang ada saat ini yakni bunga 5%. Untuk desil 6-8 tidak lagi diberikan subsidi tetapi sudah bisa dikombinasikan dengan fasilitas komersial dengan bunga sebesar 7%." jelas Haru.
Kedua, penyesuaian masa subsidi KPR menjadi 10 tahun. Ketiga, pemfokusan kuota FLPP ke Bank Fokus Perumahan. Keempat, pemberian subsidi premi asuransi. Kelima, percepatan kepesertaan Tapera. Keenam, piloting KPR MBR Informal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News