kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Strategi Sejumlah Bank Digital Tekan Laju Kenaikan Risiko Kredit Bermasalah


Minggu, 06 Oktober 2024 / 22:11 WIB
Strategi Sejumlah Bank Digital Tekan Laju Kenaikan Risiko Kredit Bermasalah
ILUSTRASI. Penggunaan aplikasi perbankan digital. Sejumlah bank digital terus menjadi sorotan utamanya terkait rasio kredit bermasalah yang terus meningkat


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank digital terus menjadi sorotan utamanya terkait rasio kredit bermasalah atau (non performing loan (NPL) yang terus meningkat.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae belum lama ini mengatakan, bahwa NPL pada bank-bank dengan layanan digital secara umum masih dalam batas yang wajar dan cenderung membaik.

"Salah satu yang perlu diperhatikan bank-bank digital ini sebetulnya terkait dengan kredit dengan skema channeling. Karena skema kemitraan yang dilakukan perbankan dengan fintech lending melalui skema channeling, dampak risiko umumnya berasal dari internal dan faktor eksternal," ungkap Dian kepada kontan.co.id. 

Baca Juga: Inilah 98 Pinjol Legal Resmi Terdaftar OJK Oktober 2024, Jauhi Nama Pinjol Ilegal!

Menurutnya, dari sisi internal diperlukan penguatan untuk terus mempertajam kapabilitas credit scoring yang dimiliki. Sementara itu, dari sisi eksternal, dampak perekonomian global yang masih volatile memiliki implikasi signifikan terhadap penurunan nilai aset keuangan, menyebabkan ketidakpastian ekonomi yang tinggi, yang semuanya dapat menyebabkan penurunan nilai aset keuangan. 

“Kondisi ini menuntut perbankan yang bermitra dengan perusahaan fintech untuk mempertimbangkan kebijakan manajemen risiko yang lebih ketat dan inovasi dalam teknologi untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi operasional,” ujar Dian.

PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) menjadi salah satu bank digital yang mencatatkan kenaikan rasio NPL gross yang berada di level 0,42% per Juni 2024, naik dari posisi 0,05% per Juni 2023. 

Sejalan dengan itu, pencadangan atau CKPN per semester I pun meningkat ke Rp 31 miliar dari Rp 17 miliar pada setahun sebelumnya,

Baca Juga: Hingga September, Penyaluran KUR Bank Mandiri Tembus Rp 32,2 triliun

Direktur Utama Allo Bank (BBHI) Indra Utoyo mengatakan, sejumlah strategi pun dilakukan perseroan dalam rangka menekan rasio kredit macet, seperti Bank yang secara terus menerus melakukan fine tuning atas berbagai macam criteria terhadap proses underwriting kredit untuk masing-masing segmen PayLater dan InstantCash dalam rangka mengoptimalkan return dan meminimalisir risiko kredit. 

BBHI juga disebut Indra terus mengembangkan teknologi berbasis Big Data yang mendukung analisis perkembangan bisnis, analisis pengenalan nasabah, analisis potensi ancaman keamanan sistem serta berbagai analisis lain yang menunjang pemenuhan aspek manajemen risiko dan kepatuhan.

Adapun dari sisi internal control, BBHI juga terus menerapkan prinsip-prinsip Risk Management dan melakukan pemantauan atas risiko kredit melalui berbagai indikator risiko untuk  memastikan bahwa portofolio Bank masih sejalan dengan risk appetite dan risk tolerance yang telah ditetapkan.

Baca Juga: Kredit Perbankan Tetap Tumbuh, Apakah Sudah Berdampak Pada Perekonomian?

“Proses manajemen dan monitoring risiko kredit secara kontinu dilakukan baik di level Direksi (melalui Komite Manajemen Risiko) dan Dewan Komisaris (melalui Komite Pemantau Risiko) sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance,” ungkapnya.

Indra menjelaskan, seiring dengan pertumbuhan kredit, NPL memang diproyeksikan turut meningkat. “Namun kami berkomitmen untuk tumbuh secara berkesinambungan didukung oleh penerapan manajemen risiko dan GCG secara disiplin,” tandasnya.

Sementara Direktur Keuangan Bank Raya, Rustarti Suri Pertiwi menyebut, NPL gross Bank Raya menunjukkan trend penurunan, tercatat pada Kuartal II/2023 sebesar 4,35 % menurun menjadi 4,14%  di Kuartal II/2024. Demikian juga dengan rasio NPL Nett yang masih terjaga di bawah 2% atau berada di kisaran 1,8%.

Selain itu, Bank Raya juga terus menjaga kecukupan pencadangannya, terlihat NPL Coverage Bank Raya berada di atas 300% atau sebesar 349% pada akhir Kuartal II/2024. 

“Hal tersebut menunjukkan komitmen Bank Raya untuk terus mengutamakan pertumbuhan yang sehat dalam pengelolaan dan ekspansi bisnisnya,” kata wanita yang akrab disapa Tiwi ini.

Baca Juga: Bank Mandiri Berikan Pinjaman Rp 19,24 Triliun Ke PT Huadian Bukit Asam Power

Tiwi menuturkan, strategi yang dilakukan Bank Raya ke depan untuk menjaga kualitas kredit adalah dengan terus meningkatkan penerapan prinsip kehati-hatian dalam melakukan penyaluran kredit, perbaikan terus menerus dalam pembuatan credit scoring dan proses penyaluran kredit, menjalin komunikasi yang baik dengan para nasabah.

“Serta apabila diperlukan melakukan restrukturisasi kredit dengan berbagai skema untuk nasabah yang mempunyai karakter yang baik serta masih mempunyai prospek bisnis yang baik ataupun melakukan skema penyelesaian kredit,” ujarnya.

Sampai dengan akhir tahun 2024, pihaknya pun optimis masih akan tetap mampu menjaga kualitas dan trend positif dari perbaikan kualitas aset Bank Raya.

Baca Juga: Bank Digital Kian Gesit Mendorong Pertumbuhan Kredit Secara Langsung

Adapun bank digital lain yang terlihat mencatatkan kenaikan NPL seperti Bank Neo Commerce (BBYB). Pada semester I 2024 rasio kredit bermasalah gross BBYB naik dari 1,78% pada Juni 2022 menjadi 3,69% pada Juni 2023. NPL nett juga naik dari 1,41%  pada Juni 2022 menjadi 2,02% pada Juni 2023.

Rasio kredit bermasalah (NPL) gross BCA Digital juga terlihat naik ke level 1,5% dari 0,45% pada semseter I 2024. Kemudian, NPL net juga naik ke level 0,28% dari 0,19%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×