Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Suku bunga kredit perbankan tercatat mengalami tren peningkatan. Berdasarkan laporan asesmen Bank Indonesia (BI), suku bunga kredit baru rupiah per Mei 2023 mencapai 9,8% naik 34 bps secara bulanan (month-on-month/MoM). Juga tercatat meningkat 65 bps dari posisi Desember 2022 yang sebesar 9,15%
Tingginya suku bunga kredit perbankan terjadi seiring dengan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 225 basis poin (bps) sejak pertengahan tahun lalu. BI sendiri telah menahan laju suku bunga acuannya lima kali berturut-turut pada tahun ini di level 5,75%. Namun, suku bunga kredit bank tetap tinggi.
Pengamat Pasar Modal Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy menilai, peluang bunga kredit untuk turun cenderung kecil, kecuali jika bunga acuan turun signifikan mengikuti inflasi.
"Bunga kredit perbankan yang naiknya tinggi adalah ke sektor ritel seperti konsumsi, transportasi, restoran, hiburan, dan pariwisata," kata Budi kepada kontan.co.id, Minggu (25/6).
Baca Juga: Begini Strategi Mandala Finance Lakukan Penambahan Modal
Menurut Budi, hingga akhir tahun bunga kredit akan tetap di angka saat ini dengan kemungkinan naik sedikit jika bunga acuan jadi dinaikkan.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro juga menyebut, kenaikan suku bunga kredit merespons kenaikan suku bunga BI7DRR.
"Hal yang biasa terjadi, penurunannya pun juga merespons penurunan suku bunga BI rate. Jadi kalau misalnya BI rate turun di kuartal I maka bank-bank akan menyesuaikan. Kalau BI sudah mulai menurunkan rate di kuartal akhir, perbankan juga akan mulai menyesuaikan setelahnya. Biasanya penyesuaian bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) akan mendahului penyesuaian bunga Kredit," jelasnya.
Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) Lani Darmawan mengungkapkan bahwa bank sebetulnya berusaha mempertahankan bunga pinjaman tidak naik banyak sehingga nasabah existing tidak terlalu berat dan tetap bisa menarik nasabah baru.
"Tidak naiknya BI rate cukup membantu untuk bisa menahan kenaikan Cost of Fund (CoF) atau biaya dana.
"Secara keseluruhan, bunga kredit sudah naik sejak 2 tahun terakhir tetapi tetap lebih kecil dari kenaikan CoF sehingga ada kontraksi pada Net Interest Margin (NIM). Bunga kredit kami manage berdasarkan segmen, risk profile dan juga total relationship pricing, tidak pukul rata," katanya.
Jika melihat dari laman resminya, SBDK CIMB Niaga bervariasi mulai dari 7,3% hingga 8,75%. Di mana, segmen kredit ritel memiliki SBDK yang paling tinggi di level 8,75% dan bunga KPR menjadi yang terendah di level 7,30%.
Direktur Risk Management Bank BTN Setiyo Wibowo juga menyatakan, prospek bunga kredit ke depan tentunya akan mengikuti perkembangan suku bunga acuan (7DRR).
Baca Juga: Ada Dugaan Kejahatan Perbankan, BTN Siap Tanggung Jawab Jika Terbukti Bersalah
"Trennya sudah mulai flat dan mulai menurun tahun depan. Tahun ini kenaikan sangat terbatas juga, untuk debitur eksisting kami belum naikkan secara signifikan. Untuk debitur baru sudah mengikuti acuan suku bunga terakhir," ungkap Setiyo.
Jika mengutip dari laman resminya, BTN mencatatkan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) untuk kredit konsumsi KPR ada di level 7,30%. Sementara, untuk kredit konsumsi non KPR berada di level 8,80%. Sementara kredit korporasi berada di level 8,05%, dan kredit ritel 8,30%.