Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak hanya meramaikan industri perbankan, PT Super Bank Indonesia dikabarkan memiliki rencana untuk menggelar penawaran umum saham perdana atawa initial public offering (IPO). Bahkan, anak usaha PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) menargetkan bisa melantai tahun ini.
Mengutip Bloomberg, Selasa (14/1), bank digital yang dulunya PT Bank Fama International ini mengincar dana IPO mencapai US$ 300 juta atau setara dengan Rp 4,8 triliun. Adapun, dengan nilai tersebut, valuasi superbank bisa mencapai US$ 1,5 miliar hingga US$ 2 miliar dalam potensi pencatatan.
Hanya saja, sumber Bloomberg mengungkapkan bahwa rencana tersebut masih tahap awal. Artinya, target nilai maupun valuasi dalam aksi korporasi tersebut masih bisa berubah.
Sementara itu, juru bicara Superbank tak mau banyak berkomentar terkait rencana tersebut. Menurutnya, itu merupakan rumor maupun spekulasi yang tersebar di pasar.
“Fokus kami saat ini adalah terus menghadirkan solusi keuangan inovatif dan mendorong pertumbuhan inklusif bagi nasabah kami,” ujar juru bicara Superbank kepada Kontan, Rabu (15/1).
Baca Juga: Easycash dan Superbank Perluas Jumlah Penyaluran Kredit Channeling
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengungkapkan bahwa saat ini di bursa memang belum ada bank digital yang memiliki kinerja mentereng. Alhasil, ada kerinduan dari investor untuk munculnya bank digital yang melantai di bursa.
“Pelaku pasar dan investor rasanya rindu akan sektor bank digital dan kehadiran Superbank sendiri juga menjadi kian menarik,” ujar Nico, Rabu (15/1).
Bukan tanpa alasan, Nico menilai Superbank ini didukung oleh ekosistem dengan adanya Grab dan Singtel serta terakhir ada Kakao Bank yang masuk ke dalam Superbank.
Namun ia mengingatkan bahwa siapa yang ada di dalamnya belum tentu menjadi daya tarik utama. Menurutnya, yang paling penting adalah ekosistem digital seperti apa yang dapat ditawarkan oleh superbank kepada pengguna, agar dapat mampu memberikan nilai tambah kepada pengguna.
“Apabila memang ekosistem digital yang diberikan menarik atau bahkan mampu mendisrupsi pasar, kami yakin pelaku pasar dan investor akan dengan senang hati berinvestasi disana,” ujarnya.
Ia menambahkan saat ini emiten bank digital yang mampu memanfaatkan ekosistem dengan baik adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO). Di mana, itu pun juga terlihat pergerakan sahamnya yang memang memiliki tren positif sejak awal tahun ini.
Seperti diketahui, ARTO telah naik hingga 4,53% jika dilihat secara year to date. Sementara, pada penutupan perdagangan Rabu (15/1), ARTO naik 4,1% menjadi Rp 2.540 per saham.
Oleh karena itu, Nico melihat memang saat ini hanya ARTO yang menarik untuk diperhatikan oleh investor. Ia menargetkan ARTO bisa mencapai Rp 3.300 per saham akhir tahun.
Baca Juga: Incar Dana Rp 4,8 Triliun, Superbank Dikabarkan Bakal IPO Tahun Ini
“Yang menarik hanya ARTO. Yang lain belum menunjukkan greget yang gimana gitu,” tambahnya.
Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Adityo Nugroho bilang saat ini jika disuruh memilih, bank digital belum memiliki daya tarik yang besar. Menurutnya, di saham perbankan, hanya bank-bank besar yang menarik di koleksi.
Memang, ia tak memungkiri bahwa beberapa bank digital sudah mampu mencatatkan laba dalam beberapa waktu terakhir. Di mana, sebelumnya bank digital masih banyak yang mengalami rugi.
“Ada beberapa yang mulai menunjukkan growth dari sisi revenue tapi size nya masih kecil. Kalau saya indikator utama sektor perbankan tetap di bank-bank besar ya,” ujarnya.
Selanjutnya: Industri Alat Berat Bidik Tambang dan Konstruksi
Menarik Dibaca: IHSG Berpeluang Melanjutkan Penguatan, Simak PIlihan Saham Yugen Sekuritas (16/1)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News