kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Suram, nasib kredit alat berat


Sabtu, 26 Januari 2013 / 09:04 WIB
Suram, nasib kredit alat berat
ILUSTRASI. DIALOG - Tongam Lumbaa Tobing, Ketua Satgas Waspada Investasi.


Reporter: Mona Tobing | Editor: Edy Can

JAKARTA. Tahun ini menjadi periode berat bagi perusahaan pembiayaan (multifinance) dengan bisnis inti pembiayaan alat berat. Sejak kuartal III tahun 2012 hingga awal tahun ini, harga komoditas belum juga membaik. Sejumlah multifinance mulai memasang target pembiayaan lebih rendah ketimbang pencapaian di tahun 2012 lalu.

Surya Artha Nusantara Finance (SAN Finance) misalnya,tahun ini memasang target pembiayaan senilai Rp 3,6 triliun. Jumlah itu lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun 2012 lalu, senilai Rp 4,6 triliun. "Tahun ini kami memprediksi, pembiayaan alat berat akan turun karena harga batubara belum juga stabil di pasar," kata Andrijanto, Direktur SAN Finance akhir pekan lalu.

Apalagi, hampir 65% penjualan alat berat multifinance milik grup Astra ini berasal dari sektor alat berat untuk tambang batubara. Sisanya, 25% berasal dari perkebunan. 10% dari nikel dan besi. Pembiayaan ke sektor konsumsi hanya berkontribusi 5%.

Selain karena harga komoditas yang labil, multifinance juga harus bersaing dengan pembelian alat berat yang dibeli secara tunai. Andrijanto menghitung, setidaknya dari pasar penjualan alat berat hampir 40% dibeli dengan cash, meskipun uang tersebut berasal dari pinjaman bank. Sebanyak 60% penjualan alat berat dibeli dengan cara kredit.  

Strategi alternatif

Buana Finance manargetkan, pembiayaan alat berat tahun ini mencapai Rp 3 triliun. Angka ini tumbuh tipis dibandingkan pencapaian tahun 2012 senilai Rp 2,6 triliun.

Herman Lesmana, Direktur Buana Finance, mengatakan, kondisi kuartal III tahun lalu masih akan terus berlanjut hingga pertengahan tahun ini. Artinya, sektor komoditas masih terpuruk dengan harga yang labil cenderung melemah.

Maklum, hampir seluruh sektor komoditas mengalami penurunan penjualan. "Akibatnya, penjualan alat berat ikut lesu karena para debitur menahan diri berekspansi. Kami juga semakin selektif dalam penyaluran pembiayaan untuk debitur. Khawatir akan pembayaran yang bisa macet," terang Herman.

Menghadapi kondisi ini, SAN Finance dan Buana Finance berencana  memperbesar porsi pembiayaan di sektor infrastruktur, terutama untuk jalan masih diminati. Jenis alat berat seperti eksavator hingga dump truck diyakini masih banyak permintaannya. "Hingga Juni  mendatang pembiayaan alat berat di sektor batubara belum akan pulih. Sektor infrastruktur akan kami perbesar," kata Herman.

Gunawan, Direktur Indomobil Finance Indonesia, berpendapat peluang pembiayaan alat berat dari China lumayan berprospek. Menurut nya, jika debitur tetap ingin memiliki alat berat tapi anggaran terbatas, mereka akan mengalihkan dengan membeli alat berat buatan China.

Alat berat dari China bisa jadi alternatif. "Apalagi stok barangnya banyak dengan harga yang lebih murah," tandas Gunawan. Tahun ini, Indomobil Finance menargetkan pembiayaan tumbuh antara 15%-20% dari pencapaian tahun 2012 lalu sebesar Rp 3,5 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×