kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Survei BI: Penyaluran Kredit Perbankan Akan Sedikit Lebih Ketat di Kuartal II-2024


Jumat, 26 April 2024 / 12:29 WIB
Survei BI: Penyaluran Kredit Perbankan Akan Sedikit Lebih Ketat di Kuartal II-2024
ILUSTRASI. Penyaluran kredit pada kuartal II-2024 diperkirakan tetap tumbuh meskipun tidak setinggi kuartal I-2024.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan tampaknya akan melakukan kebijakan yang cukup ketat dalam menyalurkan kreditnya. Meski begitu, perbankan tetap menunjukkan optimisme dalam menjalankan bisnisnya terutama dalam penyaluran kredit.

Laporan Survei Perbankan Bank Indonesia (BI) menyebut, penyaluran kredit pada kuartal II-2024 diperkirakan tetap tumbuh meskipun tidak setinggi kuartal I-2024. 

Sejalan dengan itu kebijakan penyaluran kredit pada kuartal II 2024 diprakirakan sedikit lebih ketat dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini sejalan dengan mayoritas aspek kebijakan penyaluran kredit perbankan, khususnya berkaitan dengan suku bunga kredit dan agunan. Sementara itu, jangka waktu kredit dan persyaratan administrasi diprakirakan lebih longgar.

Kebijakan penyaluran kredit perbankan yang lebih ketat ini, terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) kuartal II 2024 yang bernilai positif sebesar 0,3%. Standar penyaluran kredit yang lebih ketat tersebut diprakirakan terjadi pada hampir seluruh jenis kredit, kecuali KPR/KPA.

Baca Juga: Menilik Dampak Kenaikan Suku Bunga Terhadap Multifinance

Meski begitu hasil survei BI menyebut perbankan tetap optimistis terhadap pertumbuhan kredit ke depan. Optimisme tersebut antara lain didorong oleh prospek kondisi moneter dan ekonomi serta relatif terjaganya risiko dalam penyaluran kredit.

Dalam survei tersebut, responden (perbankan) memperkirakan outstanding kredit sampai dengan akhir tahun 2024 terus tumbuh, meski tidak setinggi realisasi pertumbuhan kredit pada tahun 2023 dan 2022 yang masing-masing sebesar 10,4% (YoY) dan sebesar 11,4% (YoY). 

Hal ini terindikasi dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT), dengan prakiraan penyaluran kredit baru sebesar 57,6%, sedikit lebih rendah dibandingkan SBT 60,8% pada periode tiga bulan sebelumnya. 

Penyaluran kredit baru perbankan pada kuartal II-2024 masih sama dengan periode-periode sebelumnya, yaitu didorong oleh kredit modal kerja, diikuti kredit investasi, dan kredit konsumsi.

Baca Juga: BI Rate Naik, Bunga Deposito Siap Menyusul?

Pada jenis kredit konsumsi, penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR)/Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) masih menjadi prioritas utama, diikuti Kredit Multiguna dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB). 

Berdasarkan sektor, penyaluran kredit baru pada kuartal II 2024 terbesar pada sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan Besar dan Eceran, serta sektor Perantara Keuangan.

Adapun periode tiga bulan pertama sebelumnya, Survei Perbankan yang dilakukan Bank Indonesia mengindikasikan penyaluran kredit baru pada kuartal I 2024 tumbuh positif meski tidak setinggi pertumbuhan pada periode sebelumnya sesuai dengan pola historisnya. Hal ini tecermin dari nilai SBT penyaluran kredit baru kuartal I 2024 sebesar 60,8%, lebih rendah dari 96,1%, pada kuartal sebelumnya.

Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit baru pada seluruh jenis kredit terindikasi lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya, baik pada kredit modal kerja (SBT 68,2%), kredit investasi (SBT 21,9%), maupun kredit konsumsi (SBT 72,9%).

Berdasarkan jenis kredit konsumsi, penyaluran kredit baru yang melambat juga terjadi pada seluruh jenis kredit. Secara sektoral, pertumbuhan penyaluran kredit baru tertinggi terjadi pada sektor Listrik, Gas, dan Air dengan SBT 49,8%, diikuti sektor Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial dengan SBT 42,4%, serta sektor Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga dengan SBT 23,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×