kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Survei HSBC: Sembilan dari 10 orang tidak siap pensiun


Selasa, 12 Februari 2019 / 14:26 WIB
Survei HSBC: Sembilan dari 10 orang tidak siap pensiun


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank HSBC Indonesia melakukan survei bertajuk Future of Retirement, Bridging the Gap. Hasil survei yang menyasar 1.000 responden masyarakat Indonesia ini menunjukkan 68% responden yang menginginkan masa tua yang nyaman. Namun hanya 30% yang telah sadar dan tergerak untuk mulai berinvestasi untuk masa pensiun mereka.

Kesenjangan ini mengakibatkan mayoritas responden survei memiliki kekhawatiran akan mandiri secara finansial saat masa pensiunnya nanti. Sebanyak 86% dari responden khawatir akan dapat hidup dengan nyaman. Sedangkan 83% khawatir akan meningkatnya kebutuhan biaya kesehatan, dan 77% khawatir akan kehabisan dana pensiun.

“Meski bekerja dan memiliki penghasilan tetap per bulan, sebanyak sembilan dari 10 orang menyatakan kekhawatiran mereka untuk menutup beragam biaya di masa pensiun. Pensiun harus direncanakan dengan matang sedari dini. Sayangnya kesadaran ini biasanya timbul saat kita sudah mendekati masa pensiun,” kata Steven Suryana, Head of Wealth Management PT Bank HSBC Indonesia di Jakarta, (Selasa (12/2).

Steven menambahkan, di Indonesia masa pensiun saat ini seringkali diasosiasikan dengan waktu untuk bermain dan merawat cucu. Namun survei ini menunjukkan bahwa 2/3 responden usia kerja menyatakan akan lanjut bekerja setalah pensiun.

Terdapat 54% dari responden ingin memulai berwirausaha saat pensiun, sedangkan sisanya memilih untuk mengandalkan kebutuhan sehari-hari dari hasil tabungan sebanyak 29%, kembali mencari pekerjaan 25%, serta membangun kos-kosan atau menyewakan rumah 19%.

“Yang juga mengkhawatirkan adalah lebih dari 3/4 responden usia kerja mengharapkan anaknya akan membantu mereka di masa pensiun, sedangkan kenyataannya saat ini hanya kurang dari 1/3 responden usia pensiun menerima bantuan dari anaknya,” lanjut Steven.

Sementara itu, beberapa sumber dana lain yang diharapkan menopang masa pensiun seperti tunjangan dari tempat kerja, atau tabungan akan semakin berkurang seiring dengan bertambah tua usia.

Steven juga menjelaskan pentingnya untuk kita mem-visualisasikan masa pensiun kelak sejak sekarang. Dengan memiliki visi masa pensiun yang jelas, bersama mitra keuangan yang tepat, persiapan pensiun dapat dilakukan dengan efektif, menggunakan beragam instrumen yang sesuai dengan profil risiko yang kita miliki.

“Kesadaran akan kebutuhan realistis di hari tua dapat memulai percakapan yang penting untuk perencanaan pensiun. Yang pasti, semakin dini kita mempersiapkan diri, semakin bisa kita mewujudkan mimpi menjadi crazy rich retiree di Indonesia,” kata Steven.

Future of Retirement merupakan studi yang dilaksanakan oleh HSBC global terhadap 17.405 orang di 16 negara. Di Indonesia, survei ini direspon oleh 1.050 responden yang terdiri dari mereka yang usia produktif dan pensiun.

Melihat hal ini, Steven masih optimistis bisnis wealthmanagement HSBC di Indonesia dapat tumbuh optimal. Sayangnya Stven tidak merinci target dana kelolaan nasabah tajir yang hendak HSBC bidik sepanjang 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×