kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Susahnya bank-bank bersaing di Malaysia


Rabu, 25 April 2012 / 09:00 WIB
ILUSTRASI. Banyak emiten yang mulai berencana untuk melakukan aksi pembelian saham kembali (buyback).


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Langkah Bank Central Asia (BCA) menutup unit remitansi di Malaysia menyisakan cerita menarik tentang persaingan bisnis pengiriman uang di negeri jiran. Bank milik Grup Djarum itu akhirnya memilih menggandeng perusahaan pengiriman uang lokal ketimbang mengoperasikan gerai sendiri. Cara ini agar tetap kompetitif melayani pengiriman uang.

Menurut Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, jika ingin menjalankan bisnis remitansi sendiri di Malaysia, bank harus memiliki banyak jaringan. Skala ekonominya sekitar 15 gerai. Jika jumlah kurang dari 15 gerai, tidak menguntungkan. "Saya menghitung kembali profitabilitasnya. Harus di atas 15 gerai baru bisa menutup biaya dan investasi. Ini terlalu lama," katanya kepada KONTAN, Minggu (22/4).

Sejatinya, BCA tak kekurangan uang untuk berinvestasi. Membangun belasan gerai dalam satu waktu, BCA mampu. Asal tahu saja, untuk membuka outlet, bank hanya merogoh kocek sekitar Rp 100 juta-Rp 200 juta.

Tetapi, memang mendapatkan izin tidak mudah. Bank Negara Malaysia juga mengarahkan unit-unit remitansi bank non-Malaysia beroperasi di daerah-daerah tertentu.

Masalahnya, populasi TKI di Malaysia tersebar di banyak tempat. Berbeda dengan TKI di Hong Kong atau negara lain yang terlokalisasi di satu kawasan, sehingga lebih mudah menggarap. Jadi, membuka banyak gerai di tempat yang salah atau tidak banyak TKI, justru merugikan bank.

Saat unit remitansi bank asing susah bergerak, BNM royal memberikan izin ke perusahaan pengiriman uang lokal. Yang terakhir ini bisa mengoperasikan puluhan outlet. Karena kalah di jaringan, bank kalah dalam menjangkau konsumen.

Lebih menguntungkan

Bukan cuma BCA yang apes. Bank Mandiri juga mengeluhkan hal serupa, kendati belum berencana mengekor jejak BCA.

Direktur Micro and Retail Banking Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihaknya mengajukan izin mendirikan 20 unit remitansi di Malaysia. Namun, hingga kini hanya 6 yang disetujui. "Kalau hanya boleh buka cabang sedikit, tidak bisa cover potensi remitansi TKI. Kami terkendala menjaring konsumen," katanya, Senin (23/4).

Menurut dia, agar bisa bersaing dengan lembaga pengiriman uang lokal, bank harus memperkuat jaringan. "Kami meminta pelonggaran aturan ke BNM dalam memperluas jaringan," tambahnya.

Deputi Divisi Kepala Internasional BCA, Edmund Tondobala mengatakan, menjalankan bisnis remitansi sendiri lebih menguntungkan ketimbang bekerjasama dengan perusahaan pengiriman uang lokal. Perbandingan pendapatan komisinya hampir lima kali lipat. Jika menggandeng pihak ketiga, bank harus berbagi komisi. Kesepakatan pembagiannya bisa 50%.

Bisnis remitansi BCA di negara lain tetap berjalan. Antara lain di Uni Emirat Arab, Brunei Darussalam dan Arab Saudi. Di beberapa tempat, BCA menggandeng perusahaan pengiriman uang lokal dan money changer. "Semuanya tetap beroperasi dan menguntungkan" katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×