Reporter: Merlinda Riska | Editor: A.Herry Prasetyo
BADUNG. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) membidik pertumbuhan kredit sebesar 14% pada 2016. Jumlah kredit yang dibidik emiten perbankan dengan kode saham BJBR ini setara dengan nilai Rp 62,93 triliun sampai Rp 63,04 triliun.
Direktur Utama Bank BJB Ahmad Irfan menyatakan, pertumbuhan ekonomi tahun depan diperkirakan lebih bagus ketimbang tahun ini. Hal ini tentu saja berimbas pada keyakinan pertumbuhan perbankan yang juga lebih. "Outlook ekonomi Indonesia mengindikasikan tahun 2016 lebih baik dibandingkan tahun ini. Untuk itu, kami yakin target kredit pada 2016 bisa tumbuh 14%," kata Irfan dalam Media Gathering BJB, Minggu (29/11) malam.
Irfan mengatakan, Bank BJB optimistis, penyaluran kredit hingga akhir Desember bisa tumbuh lebih tinggi dibanding pertumbuhan industri perbankan. Secara industri, pertumbuhan kredit perbankan mencapai 11%. BJB yakin bisa meraih pertumbuhan kredit 11,3%-11,5%. Artinya, penyaluran kredit BJB hingga akhir diharapkan bisa mencapai Rp 55,2 triliun-Rp 55,3 triliun.
Mengutip laporan keuangan perseroan hingga 30 September, Bank BJB berhasil mencetak pertumbuhan kredit 11,2% menjadi Rp 54,49 triliun. Dengan begitu, BJB masih harusmenyalurkan kredit sebesar Rp 710 miliar-Rp 810 miliar sampai akhir Desember nanti.
Sekadar informasi, Bank Indonesia (BI) telah meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan sebesar 5,2%-5,6%. Adapun, pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan 4,7%-4,8%. Hal ini mengikuti pertumbuhan ekonomi global yang diproyeksikan bisa tumbuh 3,8%. Padahal, pertumbuhan ekonomi global tahun ini hanya diramal mentok dikisaran 3,1%-3,3%. Melihat hal itu, target-target yang dipatok BJB untuk tahun depan bisa dikatakan cukup agresif.
Tahun depan, BJB mematok penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 13,5%. Per September 2015, DPK BJB tumbuh 25,4% menjadi Rp 77,04 triliun. Sedangkan, kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) diharapkan bisa turun menjadi 2,3 Adapun, loan to deposit ratio (LDR) ditarget sebesar 92% dan CAR sebesar 16,5% pada 2016.
Strategi mengerek pertumbuhan kredit
Demi mencapai target, manajemen BJB telah menyiapkan empat amunisi yang akan diluncurkan tahun depan. Pertama, BJB akan memperkuat kredit konsumer dengan merilis produk baru. Irfan membocorkan, manajemen sedang mengkaji peluncuran produk kredit konsumtif, bukan kredit produktif. Namun, Irfan belum mau membeberkan lebih jauh tentang produk ini.
"Saat ini kredit konsumer biasanya dipakai untuk hal produktif. Misalnya, kredit karyawan dipakai membangun kos-kosan ataupun usaha warung. Nah, kami ingin membalikkan kredit jadi konsumtif, bukan produktif. Mudah-mudahan tahun depan bisa keluar dan kami bisa jadi leader," jelas Irfan.
Kedua, berekspansi pada kredit berkualitas dan berkelanjutan. BJB akan menempelkan sindikasi proyek, infrastruktur ataupun multifinance di wilayah Jawa Barat. BJB membidik bisa masuk ke proyek pemerintah yang didanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maupun proyek yang dibiayai swasta. "Kami akan ikut semua tender pemerintah dan swasta yang punya proyek di Jawa Barat. Contohnya, kemarin kami ikut tender sindikasi tol Soreang senilai Rp 100–Rp200 miliar," ungkapnya.
Kata Irfan, penyaluran kredit infrastruktur BJB ke swasta saat ini mencapai Rp 5 triliun. Sedangkan, kredit infrastruktur pemerintahan mencapai Rp 3 triliun.
Ketiga, memperkuat kredit mikro. Caranya dengan memperkuat kredit mikro melalui agen sendiri dan mengucurkan pembiayaan lewat Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Penyaluran kredit mikro bagi nasabah yang berada dalam radius 5 km-10 km dari kantor cabang akan dilakukan lewat agen. Untuk nasabah yang berada di radius lebih dari 10 km akan dilakukan oleh BPR. Tujuannya, untuk memangkas biaya operasional saat penagihan.
Keempat, menggenjot permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) dengan fokus pada rumah pertama dan gaji pertama. Alasannya, BJB ingin mencuil pasar dari program pembangunan sejuta rumah oleh pemerintah. Selain itu, manajemen khawatir akan permintaan kredit rumah yang diprediksi masih lambat tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News