Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit perbankan sepanjang 2019 diproyeksi masih akan deras. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksi pertumbuhan kredit industri perbankan dapat tumbuh 12% hingga 13% year on year (yoy). Alhasil para bankir akan memprioritaskan pendanaan untuk kredit terlebih dahulu.
Direktur Finance and Treasury PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Iman Nugroho Soeko menyatakan pihaknya akan menggunakan strategis dalam menempatkan dana saat bank memiliki kelebihan likuiditas yang belum tersalurkan lewat kredit.
BTN sendiri menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 15% yoy sepanjang 2019. "Surat berharga itu ada yang menarik juga. Selama likuiditas dan credit line tersedia tentu dibeli (surat berharga) berdasarkan kriteria risk return yang memadai," ujar Iman kepada Kontan.co.id pada Senin (7/1).
Agar likuiditas bank tidak ketat, Iman bilang selain menargetkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 15% yoy, bank dengan sandi saham BBTN ini akan mencari pendanaan di luar DPK (wholesale) sebesar Rp 14 triliun.
BTN berencana akan menghimpun dana tersebut dari pinjaman bilateral atau sindikasi dan penerbitan surat berharga baik obligasi negotiable certificate of deposit (NCD), maupun sekuritisasi.
Dalam laporan keuangan BTN per November 2018, BTN telah menempatkan dana ke surat berharga sebesar Rp 12,75 triliun. Nilai ini turun 0,06% yoy dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 13,66 triliun.
Setali tiga uang, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk juga mencatatkan pertumbuhan dana disurat berharga sebesar 3,08% yoy menjadi Rp 102,74 triliun.
Direktur Bisnis Treasury dan Internasional BNI Rico Rizal Budidharmo menyatakan penempatan dana pada surat berharga merupakan salah satu bentuk pengelolaan likuiditas perbankan.
Rico menekankan kenaikan portofolio surat berharga dilakukan jika likuiditas yang tersedia telah dapat memenuhi kebutuhan ekspansi kredit. Sebab kredit merupakan fokus utama bisnis BNI.
"Oleh karena itu penempatan dana pada surat berharga di 2019 cenderung cyclical. Berpotensi melambat di triwulan terakhir 2019 pada saat ekspansi kredit semakin tinggi, "jelas Rico kepada Kontan.co.id
Senada, PT Bank OCBC NISP Tbk juga masih mencatatkan pertumbuhan penempatan dana di surat berharga. Direktur Utama OCBC NISP Parwati Surjaudaja memproyeksi sepanjang 2018, bank dengan sandi saham NISP ini menempatkan dana di surat berharga sebesar Rp 30 triliun.
"Perkiraan kami penempatan dana di surat berharga akan tumbuh 5% hingga 10% yoy di 2019," imbuh Parwati kepada Kontan.co.id pada Senin (7/1).
OCBC NISP sendiri menargetkan dapat menyalurkan pertumbuhan kredit 11% hingga 12% di sepanjang 2019.