Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asuransi umum menjalani tahun 2017 dengan langkah cukup berat. Ini tercermin dari realisasi premi asuransi umum yang tidak memenuhi ekspektasi.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pada tahun lalu premi industri asuransi umum hanya tumbuh 3,14% menjadi Rp 63,62 triliun. Dody AS Dalimunthe, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengakui, ada sejumlah tantangan yang dihadapi industri asuransi umum pada tahun lalu. "Tahun lalu, target pertumbuhan premi AAUI sebesar 5%," kata dia.
Dody mengatakan, faktor penghambat kinerja asuransi umum di tahun lalu antara lain pertumbuhan ekonomi makro yang tidak sesuai harapan. Hal ini berdampak bagi pasar asuransi umum.
Lini bisnis asuransi terkait infrastruktur yang semula diprediksi bisa menggenjot premi ternyata tak membuahkan hasil cemerlang. Pengembangan proyek infrastruktur yang tak berjalan lancar berimbas pada asuransi rekayasa dan asuransi penjaminan.
Terlebih saat ini, persaingan bisnis asuransi penjaminan makin ketat. Ini karena proyek infrastruktur menggunakan bank garansi ketimbang surety bond milik perusahaan asuransi.
Lini bisnis asuransi kredit juga tertekan karena realisasi penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) tahun lalu tidak sesuai target. Asuransi kredit dari segmen di luar KUR juga melambat karena adanya ketidakkepastian pergerakan suku bunga kredit. "Terdapat kecenderungan dari korporasi untuk menunda mengambil kredit baru karena menunggu suku bunga yang lebih rendah," imbuh Dody.
Pada 2018, AAUI akan merevisi target pertumbuhan premi yang sebesar 7%. AAUI akan menilik ulang indikator ekonomi dan potensi pertumbuhan premi asuransi umum.
Direktur Utama PT Asuransi Wahana Tata (Aswata). Christian Wanandi mengatakan, premi Aswata di tahun lalu hanya naik 9% menjadi Rp 1,9 triliun. Padahal Aswata menargetkan pertumbuhan 16% menjadi Rp 2,1 triliun.
Tahun ini, Aswata memilih lebih konservatif memasang target premi, yakni sebesar 10% menjadi Rp 2,1 triliun. Perusahaan ini akan memaksimalkan potensi segmen pasar ritel yang tumbuh lebih stabil. Aswata juga masih akan mengandalkan bisnis asuransi kendaraan sebagai penopang utama premi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News