kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tekan biaya, Bank DKI mengurangi jumlah ATM


Kamis, 02 Agustus 2012 / 20:30 WIB
Tekan biaya, Bank DKI mengurangi jumlah ATM
ILUSTRASI. Daihatsu. REUTERS/Kim Kyung-Hoon


Reporter: Christine Novita Nababan |

JAKARTA. Guna menekan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) di bawah 75% pada akhir tahun ini, Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta mengurangi mesin anjungan tunai mandiri alias ATM mereka. Dari akhir tahun lalu yang sebanyak 318 ATM, per Juni 2012 ini ATM Bank DKI tinggal 296 unit.

Dalam kunjungan ke kantor KONTAN, Kamis (2/8), Eko Budiwiyono, Direktur Utama Bank DKI mengaku, pihaknya memang tengah melakukan berbagai efisiensi untuk menekan biaya operasional. Salah satu cara, yakni melalui operasional mesin ATM. “Ada yang ditutup, ada yang direlokasi ke pusat-pusat keramaian bisnis,” ujarnya.

Tidak hanya itu, manajemen juga mempertimbangkan untuk meningkatkan fungsi ATM dari sebelumnya tarik tunai saja, menjadi setor tunai. Peningkatan fungsi tersebut hanya akan dilakukan di beberapa ATM dengan mobilitas tinggi, termasuk ATM di Kepulauan Seribu. Mengingat, transportasi yang digunakan menuju lokasi lumayan mahal.

Sekadar informasi saja, saat ini, ada dua mesin ATM Bank DKI di Kepulauan Seribu, yaitu Pulau Tidung dan Pulau Pramuka.

Martono Soeprapto, Direktur Operasional mengatakan, perseroan menaruh dana sekitar Rp 250 juta untuk masing-masing mesin ATM. Dana itu hanya bertahan mengendap sepanjang kurang lebih satu pekan.

Pada semester pertama 2012, BOPO Bank DKI tercatat berada di level 76,10%. Perseroan mengincar menurunkan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional ini di bawah 75% hingga akhir tahun. Pasalnya, apabila dibandingkan dengan Juni 2011 lalu, BOPO tersebut naik tipis dari posisi 76,04%.

Karenanya, bank yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah Daerah Khusus Ibukota (Pemda DKI) sempat merevisi Rencana Bisnis Bank (RBB) yang disampaikannya kepada Bank Indonesia (BI) terkait pembukaan outlet baru, dari sebelumnya 50 unit menjadi hanya 30 unit. Saat ini, Bank DKI beroperasi melalui 16 kantor cabang, 2 kantor cabang syariah, 36 cabang pembantu konvensional, dan 7 cabang pembantu syariah, serta 117 kas, dan 31 payment point.

Per Juni 2012, Bank DKI berhasil membukukan pertumbuhan aset sebanyak 39%, yaitu dari Rp 18,111 triliun pada separo pertama tahun lalu menjadi sebesar Rp 25,205 triliun. Pertumbuhan aset terutama ditopang oleh peningkatan bisnis kredit.

Pada periode yang sama, kredit bank milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta ini tercatat naik 37% menjadi Rp 9,356 triliun. Adapun, kredit yang mengalir ke sektor konsumtif sebanyak 55%, dan sisanya ke kredit produktif.

Dari sisi dana pihak ketiga, perseroan mencatat mengantongi dana sebesar Rp 22,982 triliun atau naik 31% ketimbang semester pertama tahun lalu. Sebanyak 80% di antaranya masih didominasi oleh dana mahal atawa deposito.

Karena kinerja kinclongnya tersebut, Bank DKI meraup untung sebesar Rp 252 miliar pada enam bulan pertamanya ini. Itu berarti tumbuh 20% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Saat ini, loan to deposit ratio (LDR) perseroan bertengger pada posisi 62,60% atau melorot dari posisi sebelumnya 65,35%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×