kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ternyata, Mayoritas Klaim JHT BPJS Ketegakerjaan Didominasi Generasi Usia Produktif


Rabu, 16 November 2022 / 06:15 WIB
Ternyata, Mayoritas Klaim JHT BPJS Ketegakerjaan Didominasi Generasi Usia Produktif


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BPJS Ketenagakerjaan mencatat klaim Program Jaminan Hari Tua (JHT) didominasi oleh generasi muda yang ada pada usia produktif.

Memang, saat ini tidak ada larangan terkait usia minimal peserta yang bisa mengajukan klaim JHT ini. Hanya saja, program ini sejatinya bertujuan untuk bekal peserta di hari tua ketika sudah tidak berusia produktif lagi.

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo menyebut sekitar 61% peserta yang mengajukan JHT berusia 20 hingga 35 tahun. Adapun, sepanjang tahun 2022 hingga Oktober 2022, klaim JHT yang diajukan mencapai 2,8 juta klaim.

Melihat fenomena tersebut, Anggoro menyayangkan banyak peserta yang masih bisa bekerja justru mengajukan klaim JHT. Ia khawatir saat peserta-peserta ini memasuki usia pensiun tidak memiliki tabungan di hari tua.

Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan Catat 61% Peserta yang Melakukan Klaim JHT Berusia 20-35 Tahun

“Nanti akan memiliki risiko saat sudah tidak produktif, tabungannya tidak ada atau sedikit,” ujarnya

Ironisnya, peserta yang berusia di atas 56 tahun, dimana dikategorikan sebagai usia pensiun, hanya sekitar 7% dari total jumlah klaim JHT yang diajukan. Itu sebanyak 196.277 klaim.

Di sisi lain, alasan peserta melakukan klaim JHT karena menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hanya stagnan di sekitar 30%. Sisanya, karena memang sudah memasuki usia pensiun atau resign.

Berkaca pada pola klaim JHT yang tidak menentu, Anggoro menyebut hal ini juga berpengaruh pada strategi investasi dari BPJS Ketenagakerjaan yaitu melihat jangka pendek dan jangka menengah. Dimana, saat ini 71% portofolio ada di obligasi.

Baca Juga: Gelombang PHK Meningkat, Penerima Klaim JKP Melonjak 105%

Ia menyebut jika JHT bisa dikembalikan ke fungsi awal dimana hanya bisa dicairkan ketika memasuki usia pensiun, maka ia melihat investasi akan dilakukan pada portofolio yang memiliki profil jangka menengah dan panjang.

“Ini berdampak pada yieldnya. Jika misalnya JHT kembali ke 56, kami akan lebih bisa memaksimalkan yield karena instrumennya memiliki yield yang lebih tinggi,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×