Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tantangan suku bunga tinggi kian berdampak pada rasio profitabilitas yang dihadapi oleh perbankan. Hal tersebut tercermin dalam rasio Net Interest Margin (NIM) kian merosot per Juni 2024.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2024 mencatat rasio NIM perbankan kini berada di level 4,57%. Capaian tersebut lebih rendah dari posisi sama tahun lalu yang berada di level 4,80% dan posisi akhir tahun di level 4,81%.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyadari rezim bunga acuan tinggi telah mengkerek bunga simpanan perbankan dalam setahun terakhir. Menurutnya, ini menjadi salah satu penyebab NIM perbankan tergerus.
Ditambah, Dian menyebutkan bahwa bank juga tak semerta-merta meningkatkan bunga kredit yang dimiliki. Alih-alih naik, ia melihat suku bunga kredit bank di segmen modal kerja dan konsumtif justru turun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: OJK Catat 8 Fintech P2P Lending Belum Penuhi Ketentuan Ekuitas Minimum Rp 7,5 Miliar
“Ini disebabkan prioritas bank untuk tetap menjaga kualitas kreditnya meski NIM turun,” ujar Dian, Senin (?).
Meski demikian, Dian berpendapat profitabilitas perbankan tetap terjaga dengan rasio return on asset yang per Juni 2024 berada di level 2,56%. Namun, tetap juga turun dari periode sama tahun lalu di level 2,73%.
“Tapi rasio ROA ini tetap masih tinggi,” tandasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Nixon L.P. Napitupulu blak-blakan merubah target labanya tumbuh hanya 1% di akhir tahun ini. Padahal, target sebelumnya ada di kisaran 10% hingga 11%.
Ini juga terjadi setelah bank yang fokus pada kredit properti ini mencatatkan penurunan NIM 62 basis poin menjadi 3%. Di mana, pendapatan bunga bersih turun 7% YoY menjadi Rp 6,02 triliun.
“Saya mendingan turunkan tapi saya bisa deliver daripada saya janji tapi saya enggak bisa deliver,” ujar Nixon.
Ia bilang saat ini tantangan yang dimiliki di BTN adalah terkait cost of fund yang tinggi. Ini sejalan dengan suku bunga acuan yang tinggi dan tak sesuai prediksi awal tahun yang diprediksi bakal turun di separuh pertama 2024.
Sebagai gambaran, cost of fund BTN per Juni 2024 berada di level 4,1%. Pencapaian tersebut lebih tinggi dari posisi Juni 2023 dan Desember 2023 yang masing-masing di level 3,6% dan 3,7%.
“Berita positifnya, Cost of Fund di BTN dalam dua bulan terakhir sudah turun tapi memang turunnya belum terlalu besar,” ujarnya.
Tantangan suku bunga tinggi kian berdampak pada rasio profitabilitas yang dihadapi oleh perbankan. Hal tersebut tercermin dalam rasio Net Interest Margin (NIM) kian merosot per Juni 2024.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2024 mencatat rasio NIM perbankan kini berada di level 4,57%. Capaian tersebut lebih rendah dari posisi sama tahun lalu yang berada di level 4,80% dan posisi akhir tahun di level 4,81%.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyadari rezim bunga acuan tinggi telah mengkerek bunga simpanan perbankan dalam setahun terakhir. Menurutnya, ini menjadi salah satu penyebab NIM perbankan tergerus.
Ditambah, Dian menyebutkan bahwa bank juga tak semerta-merta meningkatkan bunga kredit yang dimiliki. Alih-alih naik, ia melihat suku bunga kredit bank di segmen modal kerja dan konsumtif justru turun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
“Ini disebabkan prioritas bank untuk tetap menjaga kualitas kreditnya meski NIM turun,” ujar Dian, Senin (?).
Meski demikian, Dian berpendapat profitabilitas perbankan tetap terjaga dengan rasio return on asset yang per Juni 2024 berada di level 2,56%. Namun, tetap juga turun dari periode sama tahun lalu di level 2,73%.
“Tapi rasio ROA ini tetap masih tinggi,” tandasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Nixon L.P. Napitupulu blak-blakan merubah target labanya tumbuh hanya 1% di akhir tahun ini. Padahal, target sebelumnya ada di kisaran 10% hingga 11%.
Ini juga terjadi setelah bank yang fokus pada kredit properti ini mencatatkan penurunan NIM 62 basis poin menjadi 3%. Di mana, pendapatan bunga bersih turun 7% YoY menjadi Rp 6,02 triliun.
“Saya mendingan turunkan tapi saya bisa deliver daripada saya janji tapi saya enggak bisa deliver,” ujar Nixon.
Ia bilang saat ini tantangan yang dimiliki di BTN adalah terkait cost of fund yang tinggi. Ini sejalan dengan suku bunga acuan yang tinggi dan tak sesuai prediksi awal tahun yang diprediksi bakal turun di separuh pertama 2024.
Sebagai gambaran, cost of fund BTN per Juni 2024 berada di level 4,1%. Pencapaian tersebut lebih tinggi dari posisi Juni 2023 dan Desember 2023 yang masing-masing di level 3,6% dan 3,7%.
“Berita positifnya, Cost of Fund di BTN dalam dua bulan terakhir sudah turun tapi memang turunnya belum terlalu besar,” ujarnya.
Baca Juga: Laba Bersih Allo Bank (BBHI) Menurun 7,24% Jadi Rp 200,59 Miliar Pada Semeter I-2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News