Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pasar keuangan saat ini belum bisa dibilang stabil. Walhasil, sejumlah bank yang berniat menggalang pendanaan (fund raising) pun harus lebih waspada. Namun, walau kondisi ekonomi masih fluktuatif beberapa bank masih tetap percaya diri mampu meraup pendanaan di pasar.
Ambil contoh, PT Bank Mandiri Taspen (Bank Mantap) yang berencana kembali menerbitkan obligasi sebesar Rp 1 triliun hingga Rp 2 triliun di tahun ini. Aksi tersebut merupakan bagian dari skema penawaran umum berkelanjutan (PUB) perseroan.
Baca Juga: LPS tahan tingkat bunga penjaminan rupiah di Bank Umum pada level 6%
Walau masih belum menentukan waktu yang tepat, Direktur Utama Bank Mantap Josephus K. Triprakoso mengatakan pihaknya akan menerbitkan obligasi tersebut bila kondisi likuiditas perseroan mulai mengetat.
"Kami masih lihat situasi. Kalau sementara ini, likuiditas di market (pasar uang) masih bagus juga, rencana itu tetap jalan," katanya saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (5/3).
Pun, dalam waktu dekat ini nampaknya Bank Mantap masih memiliki likuiditas yang cukup. Misalnya saja, per Januari 2020 total DPK Bank Mantap mencapai Rp 20,14 triliun, meningkat 33,17% secara year on year (yoy).
Sebagai catatan, Bank Mantap memang telah mengantongi izin penerbitan PUB sebesar Rp 4 triliun hingga 2022. Josephus menyebut separuh jatah PUB tersebut akan dieksekusi pada semester I atau semester II 2020. Pendanaan ini dibutuhkan perseroan untuk mengejar target pertumbuhan di 2020 sebesar Rp 26 triliun atau naik 30% secara yoy.
Bank lainnya yakni PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (Bank BJB). Sekretaris Perusahaan Bank BJB Widi Hartoto mengatakan walau ada sentimen negatif akibat corona, pihaknya tetap menggalang dana di pasar.
Baca Juga: Bank Mandiri tak menambah pencadangan untuk antisipasi dampak corona
Terakhir, pada 12 Februari 2020 perseroan sudah tebritkan obligasi subordinasi (subdebt) tahap I senilai Rp 500 miliar. "Isu corona saat ini di BJB tidak banyak eksposur bisnis kami yang terdampak," katanya.
Ia mengamini dari jumlah pendanaan yang sudah diterbitkan, perseroan masih mengantongi sisa emisi senilai Rp 500 miliar lagi di tahun ini. Bank bersandi bursa BJBR ini pun mengaku tidak terlalu khawatir dengan kondisi pasar, lantaran masih terbilang kondusif.
Selain itu, pemerintah melalui regulator keuangan juga sudah banyak memberikan stimulus. "Sisanya (emisi) kami lihat perkembangan pasar. Kalau momentumnya bagus, kami akan eksekusi di semester kedua tahun ini," tegas Widi.
Baca Juga: OJK siapkan relaksasi bagi bank untuk hadapi dampak corona, apa saja isinya?
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) juga tetap akan aktif cari pendanaan walau ada corona tahun ini. Direktur Keuangan BTN Nixon Napitupulu menjelaskan, pendanaan tersebut akan terbagi menjadi dua tahap, pun skema yang bakal ditempuh yakni sekuritisasi.
Adapun pendanaan yang diincar mencapai Rp 4 triliun dari aksi korporasi ini. "Kemarin sudah pendanaan junior global bond Rp 4,2 triliun, nanti akan ada lagi sekuritisasi sebesar Rp 2 triliun masing-masing di semester I dan II," katanya belum lama ini.
Namun, dalam pendanaan sekuritisasi di semester II 2020, bank bersandi bursa BBTN ini ingin menjajal opsi pendanaan baru yakni sekuritisasi ritel. "Kita sedang mencari manajer investasi yang punya investor ritel. Karena investor wholesale, sekarang juga terbatas," katanya.
Baca Juga: Implementasi Qanun, BRIsyariah Kerjasama dengan Dirjen Badan Peradilan Agama MA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News