Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Kredit mikro menjadi lahan bisnis yang menggiurkan bagi perbankan nasional. Alasannya, bisnis kredit mikro memberikan pendapatan bungan yang tinggi bagi bank.
Misalnya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) memperoleh laba yang tinggi karena gencar menyalurkan kredit mikro. BRI rata-rata memperoleh rasio margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) minimal sebesar 8%.
Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihaknya giat menyalurkan kredit mikro yang hampir bersaing dengan BRI sebagai pemain lama bisnis ini. Ia menganggap BRI sebagai saudara bukan pesaing dalam menyalurkan kredit ini. "Lebih baik pasar kredit mikro diambil bank BUMN daripada dipegang bank asing," kata Budi, Senin (1/2).
Bank Mandiri mencatat jumlah debitur mikro Bank Mandiri sebanyak 1.112.385 nasabah dengan nilai kredit mikro sebesar Rp 42,48 triliun per akhir Desember 2015 atau naik 22,9% dibandingkan posisi Desember 2014. Nilai kredit tersebut setara dengan 56% dari total portofolio pembiayaan Bank Mandiri ke segmen UMKM yang mencapai Rp 75,78 triliun.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Achmad Baequni menuturkan, BNI pernah memiliki pengalaman menyalurkan kredit mikro namun bisnis ini ditutup pada tahun 2003. Kini, BNI tengah fokus menyalurkan kredit ke korporasi dan konsumer. "Bisnis mikro itu peluang yang bagus bagi bank," terangnya.
Direktur Utama BRI Aswmasi Syam menuturkan, pihaknya akan terus melanjutkan penyalurkan kredit mikro karena sektor ini menjadi fokus utama perusahaan. Mikro merupakan bagian dari rkedit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Tahun 2016, BRI membidik pertumbuhan kredit UMKM sebesar 17%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News