Reporter: Andri Indradie |
JAKARTA. Pemilik saham PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI) dikabarkan segera melepas portofolionya sebesar 50%. Menurut rencana, pemilik saham BMI akan menjual lebih dari 50% saham dengan nilai sekitar US$ 600 juta atau Rp 5,1 triliun dengan kurs Rp 8.500 per dollar AS.
Tiga investor asing yang sudah menyatakan tertarik, antara lain Standard Chartered Plc. (Stanchart), Qatar Islamic Bank SAQ, dan Oversea-Chinese Banking Corp. Yang menarik, Stanchart akan mendelegasikan penawaran saham tersebut ke PT Bank Permata Tbk (BNLI).
"Penawaran kedua akan berlangsung sekitar pertengahan Juni oleh Bank Permata di mana 45% sahamnya dimiliki oleh Standard Chartered," seperti dikutip dari sumber yang enggan disebut namanya kepada wartawan Bloomberg.
Investor asing mana yang tak tertarik berinvestasi di industri perbankan syariah Indonesia. Indonesia merupakan negara ketiga terbesar di wilayah Asia-Pasifik dengan populasi penduduk sekitar 237 juta orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 85% adalah Muslim. Menurut Islamic Financial Services Board (IFSB) yang bermarkas di Kuala Lumpur, Malaysia, permintaan layanan perbankan syariah di Indonesia tumbuh sekitar 15% tiap tahun.
Per Maret 2011, aset perbankan syariah di Indonesia mencapai Rp 101,19 triliun. Nilai aset ini tumbuh 47,64% dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp 68,54 triliun. Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia (BI) Mulya Effendi Siregar menjelaskan, dengan prediksi asumsi optimis, aset perbankan syariah bisa tumbuh 55% hingga akhir 2011 menjadi sekitar Rp 150 triliun.
"Sedangkan pertumbuhan asumsi pesimis tumbuh di kisaran 35% menjadi sekitar Rp 131 triliun dan pertumbuhan moderat sekitar 45% atau menjadi Rp 141 triliun," ujarnya.
Tak heran jika target optimis BI terhadap industri perbankan syariah bisa mencapai 55%. Menurut Mulya, dua hal yang sangat berpengaruh adalah akselerasi pertumbuhan industri atas spin off alias pemisahan bisnis bank konvensional terhadap Unit Usaha Syariah (UUS) dan masuknya beberapa investor baru ke industri pada tahun ini.
"Selain dua hal itu, tentu beberapa faktor pendukung lainnya juga berpengaruh, seperti kondisi pasar, pertumbuhan perekonomian, kampanye promosi dan edukasi publik, serta pemenuhan sumber daya manusia yang makin berkualitas di industri perbankan," imbuh Mulya.
RUPS Muamalat
Pemilik saham Muamalat terdiri dari Islamic Development Bank (IDB) yang menggenggam 32,82% saham, Boubyan Bank Kuwait 24,94%, serta Atwill Holdings Ltd. 17,95% saham. Akhir kuartal I, aset BMI tercatat meningkat 45,8% dari Rp 14,84 triliun menjadi Rp 21,64 triliun. Pada periode yang sama, BMI mencatat pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 54,7% menjadi 17,5 triliun dengan pembiayaan Rp 17.4 triliun atau tumbuh sekitar 49%.
Direktur Utama BMI Arviyan Arifin mengatakan, hingga akhir tahun 2011 BMI menargetkan pertumbuhan aset 30% atau menjadi sekitar Rp 28,13 triliun. Terkait rencana penjualan saham, Arviyan menampiknya.
Arviyan bilang, kabar tersebut hanya rumor belaka lantaran tidak ada dalam pembahasan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) BMI yang terakhir. "Di dalam RUPS, kami tidak membahas rencana penjualan saham. Pemilik saham tidak ada rencana menjual saham pada tahun ini. RUPS cuma membahas rencana pengembangan bisnis seperti biasa," tegas Arviyan.
Pihak PT Bank Permata Tbk pun menegaskan posisinya mengenai rencana penawaran saham BMI. Direktur Utama Bank Permata David Fletcher berujar, memang, mayoritas saham Bank Permata dimiliki oleh Stanchart. Namun, masalah pembelian saham Bank Muamalat, dia malah baru mengetahuinya.
Fletcher bilang, tidak ada permintaan dari Stanchart kepada Bank Permata untuk menawar saham Bank Muamalat, termasuk rencana pada pertengahan Juni 2011 tersebut. "Saya bisa meyakinkan, Bank Permata tidak sedang menawar saham Bank Mualamat," tegas Fletcher.
Sementara Stanchart lebih memilih tidak memberikan komentar banyak mengenai penjualan saham BMI. "Kami tidak memberikan komentar apapun yang berkaitan dengan spekulasi pasar," ujar Sonitha Poernomo, Country Head of Corporate Affairs Standard Chartered di Indonesia.
Sekedar informasi, sebenarnya Stanchart sudah punya layanan perbankan syariah bernama Standard Chartered Saadiq melalui Bank Permata. Cuma, Chief Executive Officer (CEO) Stanchart Saadiq Afaq Khan bilang, belum ada rencana memisahkan layanan syariah Stanchart Saadiq dari Bank Permata.
"Kami kira dengan Bank Permata sudah cukup. Lewat unit syariah Bank Permata, kita bisa perluas jaringan, buka cabang, dan melayani pasar. Yang jelas, kami punya komitmen tinggi terhadap pengembangan syariah di Indonesia," papar Khan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News