Reporter: Nina Dwiantika |
JAKARTA. Meski belum ada yang terealisasi, pinangan investor terhadap Bank Mutiara tak pernah berhenti mengalir. Sejak masa penawaran awal tahun 2013 hingga Maret lalu, sudah ada tiga investor yang berminat membeli bank penerima dana penyelamatan (bailout) pemerintah tersebut.
Direktur Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Mirza Mochtar mengatakan, LPS tengah melakukan penjaringan calon investor hingga 15 Mei 2013. Bagi investor yang berminat bisa menyampaikan ketertarikannya pada penasihat keuangan LPS, yaitu Danareksa Securities. "Kami belum mengetahui tiga investor tersebut berasal dari lokal atau asing," ujarnya kepada KONTAN.
Berdasarkan rencana induk divestasi Bank Mutiara, investor yang tertarik membeli Bank Mutiara harus melalui empat tahap penawaran. Pertama, penawaran awal berupa investor harus mengajukan harga pembelian Bank Mutiara. Tawaran terendah harus sesuai dengan nilai Penanaman Modal Sementara (PMS) pemerintah Rp 6,7 triliun.
Kedua, uji tuntas. Investor yang dinyatakan lulus tahap awal bisa melakukan penilaian kondisi perusahaan dan bertemu dengan manajemen Bank Mutiara.
Ketiga, penawaran akhir. Dalam tahap ini investor dipersilakan mengajukan tawaran akhir dan LPS akan memilih investor pemenang. Keempat, penutupan transaksi. Investor pemenang mengikuti fit dan proper test di Bank Indonesia (BI) sebelum mengambil alih Bank Mutiara.
Penawaran Bank Mutiara oleh LPS pada tahun ini merupakan penawaran yang ketiga kali. Sebelumnya, rencana penjualan saham bank ini selalu gagal karena tidak ada investor yang lulus verifikasi meski setiap penawaran selalu diikuti tiga investor.
Kinerja merosot
Sementara berdasarkan data BI, laba Bank Mutiara pada tahun 2012 turun 5,9% dari tahun sebelumnya menjadi Rp 273,68 miliar. Penurunan laba ini akibat tingginya beban operasional dibandingkan pendapatan operasional.
Beban tersebut berasal dari kerugian penjualan aset, kerugian transaksi spot dan derivatif yang direalisasikan dan kerugian penurunan nilai aset keuangan. Selain itu, beban tenaga kerja dan beban promosinya meningkat. "Beban kami naik karena adanya perbaikan recovery aset dari kredit macet masa lalu," kata Sekretaris Perusahaan Bank Mutiara, Rohan Hafas.
Ia bilang, Bank Mutiara berencana menurunkan beban tahun iniĀ dengan cara memperbesar dana murah dan strategi meningkatkan infrastruktur. Seperti, kerja sama jaringan ATM di Prima dan Bersama, serta mengembangkan mobile banking dan internet banking.
Tahun lalu, dana murah berupa giro dan tabungan Bank Mutiara tumbuh lebih tinggi dibandingkan dana mahal seperti deposito. Giro naik 125% menjadi Rp 1,23 triliun dan tabungan naik 47% menjadi Rp 781 miliar. Sedangkan deposito hanya naik 13% menjadi Rp 11,44 triliun. Tahun ini Bank Mutiara membidik pertumbuhan DPK dan kredit masing-masing 25%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News