kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Tingkat NPF Sejumlah Perusahaan Multifinance Membaik pada Maret 2024


Kamis, 16 Mei 2024 / 18:40 WIB
Tingkat NPF Sejumlah Perusahaan Multifinance Membaik pada Maret 2024
ILUSTRASI. Tingkat Non Performing Financing (NPF) sejumlah perusahaan pembiayaan atau multifinance membaik pada Maret 2024. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat Non Performing Financing (NPF) sejumlah perusahaan pembiayaan atau multifinance membaik pada Maret 2024. Hal itu juga sejalan dengan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang mana NPF gross perusahaan pembiayaan pada Maret 2024 sebesar 2,45%. Angka itu membaik atau menurun 0,1%, jika dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,55%.

PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) menjadi salah satu perusahaan multifinance yang merasakan penurunan tingkat NPF. Direktur Manajemen Risiko BRI Finance Ari Prayuwana menyatakan NPF perusahaan pada Maret 2024 sebesar 1,66%. Nilai itu mengalami penurunan sebesar 0,12%, jika dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1,79%. 

"Penurunan NPF itu menunjukkan perbaikan kualitas pembiayaan dan performa positif perusahaan," katanya kepada Kontan, Kamis (16/5).

Baca Juga: NPF Industri Pembiayaan Membaik pada Maret 2024, Ini Penyebabnya

Terkait penurunan NPF, Ari mengatakan perusahaan telah menerapkan langkah-langkah strategis untuk menekan angka NPF posisi Maret 2024. Salah satunya dengan melakukan penyaluran pembiayaan secara selektif dengan prinsip kehati-hatian dan penguatan AR Management atau Collection yang berfokus pada kualitas pembiayaan.

Ari menyebut posisi NPF BRI Finance pada April 2024 sebesar 1,68%. Nilai itu sedikit mengalami peningkatan sebesar 0,02%, jika dibandingkan pencapaian bulan sebelumnya.

Dia menjelaskan kenaikan NPF pada April 2024 disebabkan beberapa hal, yakni daya beli masyarakat yang menurun setelah momen Lebaran dan peningkatan keterlambatan pembayaran kewajiban oleh debitur pasca libur Lebaran. 

"Meskipun demikian, perusahaan optimistis akan tetap menjaga rasio NPF di bawah 2% hingga akhir tahun," ungkapnya.

Ari juga membeberkan strategi BRI Finance untuk menekan kenaikan NPF ke depannya. Dia bilang BRI Finance akan melakukan ekspansi bisnis secara selektif dengan penerapan prinsip kehati-hatian melalui penetapan kebijakan pasar sasaran dan kriteria risiko calon debitur yang ketat.

Selain itu, melakukan penguatan risk technology dan risk culture, penguatan policy dan engine scoring yang lebih spesifik untuk pembiayaan segmen konsumer.

"Ditambah memperkuat AR Management, mulai dari organisasi, pemenuhan formasi SDM, infrastruktur IT, dan sistem informasi manajemen. Meningkatkan monitoring dan tindakan lainnya untuk menjaga kualitas pembiayaan," tuturnya.

Selain BRI Finance, NPF CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) juga tercatat mengalami penurunan. Mengenai hal itu, Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman mengatakan NPF perusahaan pada Maret 2024 sebesar 1,08%.

"Angka dapat dikatakan stabil jika dilihat dari NPF CNAF pada Februari 2024 yaitu 1,09%," ungkapnya kepada Kontan, Selasa (14/5).

Ristiawan menerangkan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, NPF CNAF tercatat membaik 54 bps. Adapun NPF CNAF pada Maret 2023 sebesar 1,62%.

Baca Juga: Multifinance Menggenjot Segmen Pembiayaan Syariah

Mengenai membaiknya angka NPF, Ristiawan mengatakan momentum Ramadan menjadi salah satu bulan pendongkrak piutang pembiayaan. Dia bilang hal tersebut berdampak pada banyaknya permintaan pembiayaan yang terjadi. Meskipun demikian, dia menyebut CNAF tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian untuk menjaga angka kredit bermasalah setelah periode Ramadan.

Ristiawan menyampaikan NPF CNAF pada April 2024 sebesar 1,22% atau naik sedikit 14 bps, jika dibandingkan dengan Maret 2024 yang sebesar 1,08%.

"Hal itu terjadi karena menghadapi periode setelah Ramadan dan Lebaran, tingkat konsumsi masyarakat meningkat, ditambahnya panjangnya hari Libur Idulfitri," katanya.

Menurut Ristiawan, hal itu biasa terjadi setelah liburan Idulfitri atau disebut sebagai dampak seasonal. Hal itu juga bisa terlihat jika dibandingkan pada April 2023, yakni tingkat NPF ada di level 1,53%. Dengan kata lain, dia bilang angka pada April 2024 masih tetap mengalami perbaikan sebesar 31 bps. Dia menyebut biasanya dampak seasonal hanya bersifat sementara.

Ristiawan juga mengungkapkan CNAF tetap optimistis dalam mempertahankan kesehatan portofolio ke depannya.

Untuk mempertahankan angka NPF tak membengkak, dia menerangkan CNAF akan menerapkan sejumlah strategi. Dia menyebut salah satunya melakukan pemutakhiran sistem scoring dalam menentukan dan memastikan kualitas nasabah yang disetujui sehingga tingkat risiko dapat terkendali. 

Sementara itu, PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM Finance) menyebut tingkat NPF gross perusahaan masih terbilang stabil. Direktur Keuangan WOM Finance Cincin Lisa mengatakan NPF gross perusahaan pada Maret 2024 tercatat sebesar 2,1%.

"Perusahaan berhasil menjaga kualitas portofolio yang sehat. Hal itu tercermin dari NPF gross perusahaan yang hanya sebesar 2,1% pada Maret 2024," ujarnya kepada Kontan, Selasa (14/5).

Cincin menerangkan NPF perusahaan pada April 2024 juga relatif stabil, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Dia menyebut hal itu sejalan dengan beragam strategi yang telah dipersiapkan perusahaan untuk menjaga kualitas portofolio yang sehat dan bertumbuh.

Baca Juga: Pembiayaan Kendaraan Listrik Melesat Ratusan Persen

Untuk menjaga kualitas portofolio yang sehat, Cincin mengatakan perusahaan telah memiliki berbagai inisiatif strategi. Dia bilang salah satunya dengan terus melakukan analisis dan evaluasi terhadap prosedur serta kebijakan kredit.

"Selain itu, fokus pada penanganan early overdue dalam melakukan proses penagihan, serta terus melakukan pelatihan secara berkesinambungan terhadap tenaga pelatihan yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi," katanya.

Mengenai menurunnya NPF gross industri, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyebut hal itu wajar terjadi. Dia bilang penurunan itu dipengaruhi adanya momen Ramadan. Artinya, menjadi salah satu bulan pendongkrak piutang pembiayaan.

"Turunnya biasa saja, cuma 0,1%. Penyebabnya karena ada Ramadan," ujarnya kepada Kontan, Selasa (14/5).

Suwandi memproyeksikan NPF gross industri kemungkinan akan memburuk atau naik pada April 2024. Dia bilang penyebabnya karena orang yang meminjam kemungkinan terlambat membayar dan duitnya sudah terpakai karena adanya momen Lebaran juga. Menurutnya, peningkatan angka NPF pada April 2024 tak akan berbeda jauh dari posisi Maret 2024. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×