Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Teknologi Modifikasi Cuaca atau TMC merupakan teknologi yang bisa mengendalikan sumberdaya air di atmosfer untuk menambah curah hujan atau mengurangi intensitas curah hujan pada daerah tertentu agar bisa meminimalkan resiko bencana alam yang terjadi akibat pengaruh iklim dan cuaca seperti bencana banjir dan kekeringan.
Di berbagai belahan dunia, TMC telah banyak digunakan tidak hanya untuk menambah curah hujan, melainkan juga untuk mengurangi curah hujan. Di Cina dan Rusia, penerapan TMC bahkan juga digunakan untuk mencegah terjadinya hujan pada beberapa acara kenegaraan.
Sedangkan di Indonesia, TMC digunakan untuk mengurangi curah hujan sangat tinggi terutama di kota Jakarta dan sekitarnya. Berdasarkan berbagai penelitian, sebuah metode TMC bisa mengurangi curah hujan sebesar 15% hingga 30%. Bahkan dalam operasi yang akan diterapkan di Jakarta, yang menggunakan 2 metode secara simultan, sangat dimungkinkan untuk bisa mengurangi curah hujan melebihi 30%.
Bagi perusahaan reasuransi yang bergerak di bidang bencana, teknologi ini bisa mengurangi risiko sehingga klaim kerugian bisa ditekan.
Direktur Asuransi Umum PT Reasuransi Internasional Indonesia (Reindo) Kocu Andre Hutagalung mengatakan, teknologi TMC ini bisa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap bisnis asuransi dan reasuransi di Indonesia. Dia mengambil contoh, penggunaan TMC di Jakarta yang bisa mengurangi curah hujan 15%-30%.
"Sekarang, program pemerintah kota DKI Jakarta adalah memperbaiki yang di darat, seperti memperbaiki gorong-gorong, pengerukan sungai dan rencana pembuatan dam di laut. Tetapi yang paling penting juga curah hujannya, dan tampaknya ini yang efektif. Kalau hujannya sendiri sudah tidak ada, besar kemungkinan tidak akan ada banjir," ujar Kocu.
Kocu pun menjabarkan, selama ini klaim yang harus dibayarkan oleh Reindo akibat banjir di wilayah Jabotabek rata-rata berkisar antara Rp 300 miliar hingga Rp 500 miliar per tahunnya. Sedangkan jika terjadi banjir besar melanda Jabotabek, maka klaim yang harus dibayar bisa mencapai Rp 700 miliar.
"Dengan adanya ini, saya memperkirakan (klaim) bisa berkurang sekitar 40%, karena kalau kita sudah bisa kendalikan curah hujannya, maka kita bisa kendalikan juga klaimnya," ujar Kocu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News