kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Transaksi kantor cabang seret, bank gandeng kedai kopi untuk perkuat kanal digital


Selasa, 12 November 2019 / 11:18 WIB
Transaksi kantor cabang seret, bank gandeng kedai kopi untuk perkuat kanal digital
ILUSTRASI. Petugas melayani?calon nasabah yang akan membuka rekening tabungan di Muamalat Hijrah Coffee, Jakarta.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan konvensional di dalam negeri berusaha sekuat tenaga untuk mengikuti tren teknologi yang berkembang sangat pesat. Tuntutan gaya hidup masyarakat yang serba praktis dan cepat telah menggeser peran kantor cabang ke transaksi digital.

Terbukti dari penutupan kantor cabang perbankan telah terasa sejak empat tahun terakhir. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebanyak 1.652 kantor cabang bank tutup terhitung sejak 2015 hingga Agustus 2019. Penutupan kantor cabang merata di setiap jenis bank, baik bank Buku I hingga Buku IV.

Sukarela Batunanggar, Deputi Komisioner OJK Institute dan Keuangan Digital menilai bahwa terjadi perubahan selera konsumen bertransaksi yang sebelumnya datang ke kantor cabang untuk bertemu secara langsung, sekarang hanya perlu lewat perbankan digital (digital banking). Imbasnya, jumlah cabang perbankan berkurang drastis.

Baca Juga: Ratusan miliar dana investor mengalir deras ke startup kopi

“Perubahan perilaku konsumen dan kehadiran fintech mendorong perubahan model bisnis bank dari produk sentris menjadi konsumen sentris. Hal tersebut menimbulkan penurunan layanan transaksi manual dan jumlah kantor cabang yang semakin signifikan,” kata Sukarela, kepada Kontan.co.id, Jumat (1/11).

Beberapa bank di luar negeri bahkan sudah hadir tanpa kantor cabang atau dikenal bank virtual. Dengan kondisi itu, perbankan mulai jemput bola untuk menggaet lebih banyak nasabah, khususnya kalangan milenial. Starteginya melalui pengembangan perbankan digital, pembuatan rekening elektronik, hingga kolaborasi dengan kedai kopi untuk memanjakan nasabah.

Hal ini juga sejalan dengan tren bank digital yang semakin semarak dilakukan perbankan setelah otoritas mengeluarkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 12/POJK.03/2018. Aturan itu memberi lampu hijau bagi bank membuka layanan digital banking. Beberapa bank besar sudah memiliki layanan tersebut. Sebut saja PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Artha Graha Internasional Tbk dan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.

Baca Juga: Jenius dan Blibli.com imbau nasabah selalu menjaga keamanan data pribadi

Bank Artha Graha gencar masuk ke layanan digital setelah transaksi di kantor cabang menurun. Akibatnya, bank swasta ini mesti menutup 10 kantor cabang tahun lalu dan berpotensi berlanjut di tahun 2019 dan 2020 walaupun porsi transaksi digital masih di bawah 50% dari total transaksi Artha Graha. Saat ini 95 kantor cabang Bank Artha Graha masih beroperasi di seluruh Indonesia.

“Tahun ini kami sedang evaluasi untuk kinerja tahun 2020 dan kami lihat transaksinya dulu, kecenderungan seperti itu transaksi (kantor cabang) turun. Tahun ini kurang lebih 10 (kantor cabang tutup) ada segitu, tahun 2020 juga ada segitu,” ungkap Direktur Bank Artha Graha Anas Latief.

Pasca-penutupan kantor cabang, Bank Artha Graha mulai menggeser pekerjaan karyawan yang tadinya berada di kantor menjadi tenaga pemasaran. Fokus Bank Artha Graha sekarang adalah memperbesar kanal digital dengan menggandeng kedai kopi untuk pembukaan rekening baru serta transaksi produk perbankan lainnya.

Baca Juga: Bidik nasabah milenial, Bank Artha Graha gandeng Kafe Nomu

Diharapkan kanal digital ini bisa menambah 50.000 nasabah baru di 2019, yang sekarang baru berjumlah 200.00 nasabah aktif. Pada Oktober 2019 lalu, Bank Artha Graha mulai menggandeng Kafe Nomu meluncurkan AGI Café Banking di Lobby Menara Global Jakarta. Ini merupakan kantor cabang yang didesain mirip suasana kafe kekinian dilengkapi fasilitas jaringan wifi, minuman kopi serta ruang rapat.

Nasabah yang ke sini bisa langsung transaksi menggunakan iPad melalui aplikasi AGI Mobile untuk pembukaan rekening, tarik tunai tanpa kartu, bahkan akan ada fasilitas pinjaman berbasis digital atau digital lending. Rencananya, akan ada tiga cabang lagi yang akan dibangun dengan konsep serupa di Jakarta.

Bank Muamalat justru lebih dulu meluncurkan Muamalat Hijrah Coffee pada Mei 2019. Berbeda dengan Bank Artha Graha, Bank Muamalat tidak melibatkan kedai kopi dari luar tapi turut ambil bagian menentukan daftar menu sendiri. Gerai ini beroperasi setiap jam kerja pada hari Senin sampai Jumat.

Baca Juga: Lagi, Bank Muamalat Menggadang Rencana Rights Issue premium

Sekretaris Perusahaan Bank Muamalat Hayunaji mengakui bahwa kehadiran kantor cabang kekinian tersebut bertujuan untuk memberikan pengalaman baru bagi nasabah milenial dalam bertransaksi dari mulai pembukaan tabungan sampai konsultasi perbankan. Dengan konsep kafe, mereka juga bisa bertransaksi sambil membeli makanan dan minuman yang tersedia.

“Muamalat Hijarah Coffee memang dibangun untuk menarik minat nasabah bertransaksi di Bank Muamalat dengan suasana yang santai dan nyaman,” ujar Hayunaji.

Sejak diperkenalkan pada Mei lalu volume transaksi dari pembukaan tabungan di Muamalat Hijrah Coffee mencapai sekitar Rp 200 juta. Mengusung konsep hijrah, nasabah juga bisa mengetahui informasi terkait gaya hidup Islam melalui layanan anjungan informasi digital maupun karyawan Muamalat. Untuk tahap awal gerai ini tersedia di Muamalat Tower. Namun, Bank Muamalat akan membuka beberapa gerai di kota besar Indonesia.

Bank Mandiri justru punya cara berbeda menaikkan transaksi digital. Pada 30 Agustus hingga 1 September 2019, Bank Mandiri mensponsori kegiatan Mandiri Jakarta Coffee Week di PIK Avenue, Jakarta. Sebuah pameran kopi yang mempertemukan ratusan lapak usaha kopi dengan komunitas, konsumen hingga petani kopi. Mereka bisa bertransaksi untuk jual beli biji kopi, alat pemanggang (roasting), mesin kopi, gelas dan lainnya.

Mandiri telah mensponsori kegiatan ini sejak tiga tahun lalu. Tercatat, transaksi Mandiri dari acara ini meningkat setiap tahun. Pada 2017, transaksi mencapai Rp 2,9 miliar dengan melibatkan 106 penyewa (tenant) dari kedai kopi. Tahun berikutnya mencapai Rp 3,3 miliar dari 138 penyewa. Berlanjut tahun ini diperkirakan transaksi meningkat dua kali lipat sekitar Rp 5 miliar.

Baca Juga: Makin banyak perusahaan BUMN yang bakal menyuntik modal ke LinkAja

Mandiri memanfaatkan program ini untuk meningkatkan transaksi elektronik. Setiap pengunjung yang bertransaksi menggunakan kartu debit, kredit, serta uang elektronik milik Bank Mandiri mendapatkan tawaran menarik. Misalnya saja, mendapatkan tiket masuk gratis bila menukarkan Mandiri Fiestapoin.

Bank Mandiri juga punya program Mandiri Coffiesta 2019 yaitu program kerja sama Bank Mandiri dengan kedai-kedai kopi. Setiap nasabah bisa menikmati promo berupa harga khusus serta tambahan diskon hingga 50% jika berbelanja di kedai yang berpartner dengan Bank Mandiri. Program ini berlaku mulai September 2019–Juni 2020.

Baca Juga: Sudah rogoh modal, produk kreatif justru dibajak

Setiap kedai kopi harus memiliki rekening Bank Mandiri agar bisa melayani pembelian menggunakan mesin pembayaran EDC Bank Mandiri. Senior Vice President Retail Deposits Product & Solution Bank Mandiri Muhamad Gumilang menyatakan, ke depan Bank Mandiri akan terus mengembangkan kerja sama dengan kedai-kedai kopi mengikuti perkembangan gaya hidup nasabah.

“Terkait pembukaan rekening baru di merchant akan kami jajaki semua kemungkinannya, sejalan dengan platform web-on boarding (pembukaan rekening lewat website) yang telah kami kembangkan. Pengembangan ini bertahap dan sedang kami lakukan piloting,” pungkas Gumilang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×