Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi perbankan lewat kantor cabang semakin menurun seiring dengan makin tingginya adaptasi transaksi digital pada nasabah. Alhasil, komposisi transaksi lewat kantor terhadap transaksi bank sudah sangat kecil.
Ke depan, transaksi lewat cabang juga diperkirakan akan semakin berkurang. Oleh karena itu, perbankan sudah mulai mengubah konsep jaringan kantornya menyesuaikan perkembangan digital agar bisa lebih efisien.
Di PT Bank Mandiri Tbk misalnya, transaksi ritel lewat e-channel sudah lebih dari 96% per kuartal III 2021. Sementara transaksi ritel sudah lebih 98% dilakukan lewat digital. Transaksi lewat Livin misalnya melesat 62,5% secara YoY menembus 696,2 juta dengan nilai Rp1.152,5 triliun atau tumbuh 55,8% yoy.
"Secara persentase transaksi dari jaringan kantor (non e-channel) relatif menurun seiring dengan semakin banyaknya nasabah bertransaksi lewat e-channel," kata SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri kepada Kontan.co.od, Selasa (16/11).
Baca Juga: BPKH jadi pengendali Bank Muamalat dengan kuasai 78,45% saham
Thomas mengatakan, Bank Mandiri akan mengarahkan peran kantor cabangnya ke depan untuk fokus pada pelayanan kepada nasabah seperti informasi dan penawaran produk baru, konsultasi produk dan layanan perbankan, dan kegiatan perbankan lainnya. Sedangkan transaksi finansial diharapkan dapat mulai beralih ke Self-service Machine dan digital channel.
Dengan perkembangan digitalisasi, Bank Mandiri akan mengubah format jaringan kantor ke depan untuk menjawab kebutuhan akan kecepatan, ketepatan dan kehandalan dalam bertransaksi. Kantor cabang masa depan ini akan mampu mengintegrasikan seluruh layanan baik melalui channel Branch, Self-service Machine, Digital Channel, Remote Channel maupun channel lainnya.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga mencatat penurunan transaksi lewat cabang walaupun volumenya masih cukup besar. Santoso Liem, Direktur BCA mengatakan, frekuensi transaksinya per September 2021 mencapai 78 juta atau turun 14,2% YoY dengan nilai Rp 9.413 triliun atau naik 2,2% YoY.
BCA telah melayani lebih dari 26 juta rekening nasabah selama periode itu dan memproses sekitar 46 juta transaksi setiap harinya yang didukung oleh 1.237 kantor cabang. Komposisi transaksi lewat cabang di bank ini sudah tinggal 0,5% dari total transaksi.
Mayoritas transaksi di BCA sudah dilakukan secara digital atau mencapai 88%. Sementara porsi transasi ATM sekitar 11,5% karena orang masih membutuhkan transaksi tunai untuk tarik setor.
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, meskipun pembukaan rekening mayoritas sudah dilakukan lewat online namun masih tetap masih tetap ada permintaan untuk buka akun lewat cabang. Selain itu, kebutuhan cabang dibutuhkan untuk bertemu petugas relation manager. "Ini menunjukkan bahwa cabang masih dibutuhkan meskipun nasabah yang datang tidak sesering sebelum adanya digital," ujarnya.
Dia menambahkan, jumlah kantor cabang BCA saat ini tidak sebanyak bank pelat merah yakni hanya mencapai 1.237 kantor. Menurutnya, ini masih sejalan dengan kebutuhan nasabah.
Hanya saja, BCA akan tetap melakukan penataan jaringan kantornya. Pada daerah yang potensial, perseroan akan tetap akan membuka jaringan kantor. Namun, pada beberapa area yang sudah dapat tercover jaringan cabang terdekat lainnya akan dilakukan relokasi atau penutupan.
Transaksi e-channel BCA terutama mobile banking dan internet banking tumbuh signifikan masing-masing 55% YoY dari menjadi 2,64 miliar dan 29% YoY menjadi 1,09 miliar.
Baca Juga: Begini strategi BRI fokus menggarap segmen UMKM pada tahun 2022
Senada, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mengalami penurunan transaksi lewat kantor sebesar 21% YoY. Sedangkan transaksi digital meningkat pesat, terutama lewat BNI Mobile Banking yang tumbuh 50% YoY. Transaksi ATM naik 3,3% YoY.
Direktur Layanan dan Jaringan BNI Ronny Venir mengatakan, penurunan tranksaksi dari jaringan kantor ini disebabkan karena shifting transaksi ke digital. "Shifting transaksi didukung dengan kebijakan penutupan sementara sebagian jaringan kantor dan pembatasan aktivitas masyarakat selama masa pandemi," jelasnya.
BNI saat ini sedang melakukan perubahan pada format jaringan kantor untuk melakukan penyesuaian dengan perkembangan kebutuhan terkini. Ronny bilang, penantaan jaringan kantor akan terus dilanjutkan tahun depan dengan memperhatikan potensi bisnis dan perubahan perilaku nasabah. Adapun di tahun ini, perseroan menargetkan menutup 96 kantor.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sebagai bank yang memiliki jaringan kantor hingga pelosok saat ini terus melakukan tranformasi digital untuk mendorong nasabah bertransaksi non tunai.
Aris Hartanto Division Head, Distribution Network BRI mengatakan, transaksi non tunai lewat mobile e-channel di BRI masih dibawah 20%. Namun, sejalan dengan tranformasi yang dilakukan, transaksi secara digital diperkirakan akan semakin meningkat. "Pada tahun 2025, transaksi di kantor cabang diproyeksikan akan turun jadi sekitar 30%-40%," imbuhnya.
BRI akan mengarahkan kantor cabangnya ke depannya untuk fokus pada aktivitas sales dan complex services yang tidak bisa diselesaikan melalui mobile channel.
Selanjutnya: Transaksi Bank Mandiri lewat kantor cabang semakin berkurang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News