Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi non tunai semakin menjadi favorit masyarakat. Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai transaksi Quick Response Indonesian Standard (QRIS) melesat 207,55% scara tahunan alias year on year (yoy) pada Juli 2024. Jumlah pengguna mencapai 51,43 juta dan jumlah merchant 33,21 juta.
Pertumbuhan transaksi menggunakan QRIS menjadi yang tertinggi dibandingkan pembayaran tunai yang lain. Masih dari data bank sentral, transaksi menggunakan uang elektronik (UE) di Juli 2024 tumbuh 22,61% yoy mencapai 1.272,35 juta transaksi. Sedangkan Transaksi pembayaran menggunakan kartu debit turun 9,57% yoy menjadi 584,95 juta transaksi.
Meskipun penggunaan QRIS naik, masih banyak usaha, terutama usaha mikro dan ultra mikro, seperti pedagang masih enggan menggunakan QRIS. Salah satu penyebab adalah potongan biaya.
Baca Juga: Hati-hati, Perbankan Harus Mewaspadai Risiko Kredit Macet dari Bisnis Paylater
Padahal potongan biaya sebesar 0,4% untuk pengusaha mikro tersebut hanya dikenakan untuk transaksi di atas Rp 100.000. Sementara transaksi lain dengan nominal di bawah itu tidak dikenakan potongan biaya apapun.
Beberapa usaha mikro dan ultra mikro merasakan peningkatan omzet setelah menggunakan QRIS sebagai metode pembayaran.idil Akbar Madjid, seorang konsultan keuangan yang kini menjabat Chief Business Officer Zipay, salah satu wallet di Indonesia berbagai pengalaman. Salah satu merchant (penjual) menerima pembayaran QRIS mencatatkan kenaikan omzet.
"Para pengunjung, terutama Gen Y, Gen Z dan Gen Alpha yang lebih memilih datang ke merchant yang menerima pembayaran QRIS ini dibanding ke tempat lain yang hanya menerima pembayaran cash," kata Aidil, dalam keterangannya, Sabtu (7/9).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News