Reporter: Ferrika Sari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren akuisisi yang dilakukan perbankan besar terhadap bank kecil terus. Ini terjadi seiring dengan langkah transformasi yang dilakukan oleh industri perbankan yang kian gencar melirik pasar bank digital.
Sejumlah perbankan besar pun berlomba-lomba menghadirkan bank digital. Terbaru, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang berencana mengakuisisi bank kecil untuk diubah menjadi bank digital.
Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) sudah lebih dulu mengakuisisi Bank Royal pada November 2019 dan mengubahnya menjadi BCA Digital.
Lalu ada pula Jerry Ng, yang mengakuisisi Bank Artos dan kemudian bertransformasi menjadi Bank Jago.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menilai tren akuisisi tersebut akan berlanjut. Salah satunya, untuk membantu bank kecil untuk tetap eksis.
"Bank digital masih akan tetap menjadi pilihan untuk tahun mendatang, selain menjadi bagian strategi bank besar dalam mengembangkan usahanya, juga menjadi tren yang tidak terhindarkan untuk bisa melayani semua segmen sesuai kondisi terkini," kata Amin, Senin (1/11).
Baca Juga: Aturan pendirian bank digital mulai berlaku akhir Oktober 2021
Di sisi lain, kehadiran bank digital belum sepenuhnya bisa menggantikan bank konvensional.
Misalnya saja, Bank Jago masih mengandalkan penyaluran kredit lewat skema partnership atau channeling. Sementara porsi penyaluran kredit ke nasabah langsung masih sangat kecil.
Oleh karena itu, Amin menilai ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan bank digital untuk bisa bertahan baik dari sisi bisnis maupun keamanan. Di antara, pengembangan produk - produk yang lebih variatif.
Kemudian pengembangan inovasi dan melakukan riset untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan pasar. Lalu pengembangan sumber daya manusia (SDM) karena teknologi terus berkembang.
"Selanjutnya, meningkatkan kemampuan keamanan sistem operasi yang dilengkapi dengan standar operasional prosedur (SOP) dan aturan yang ketat," terangnya.
Guna mengantisipasi hal itu, Bank BTPN terus meningkatkan sistem keamanan aplikasi Jenius secara berkelanjutan. Digital Banking Head Bank BTPN Irwan Tisnabudi mengatakan, bank melakukan beberapa inisiatif untuk membantu nasabah jika hadapi serangan siber.
Pertama, single device only, merupakan aplikasi Jenius yang hanya bisa terhubung dengan satu perangkat terverifikasi.
Kedua, website clossure, yang memungkinkan Jenius menutup akses log in melalui website 2secure.jenius.co.id.
Ketiga, deactivation unlink device self service melalui aplikasi Jenius. Nantinya, Jenius akan menutup akses unlink device melalui aplikasi atau website dan mengalihkannya ke Jenius Help 1500365.
Menurutnya, langkah ini diberlakukan untuk melindungi pengguna sekaligus memperkecil risiko penyalahgunaan akun oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Jenius juga dilengkapi dengan sistem keamanan berlapis untuk memastikan keamanan bertransaksi dan penyimpanan data.
"Kami juga menggunakan teknologi berstandar internasional, isolasi dan proteksi data berlapis, dan diawasi oleh BI dan OJK," jelas dia.
Berbagai langkah Bank BTPN sejalan dengan kebijakan OJK. Beberapa waktu lalu, OJK meluncurkan Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan sebagai arah dan acuan untuk mempercepat transformasi digital sehingga perbankan memiliki daya saing.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan, cetak biru ini berfokus pada lima aspek pengembangan digitalisasi perbankan.
Pertama, data yang mencakup perlindungan data, transfer data, dan tata kelola data.
Kedua, teknologi, yang mencakup tata kelola teknologi informasi, arsitektur teknologi informasi, dan prinsip adopsi teknologi informasi. Ketiga, manajemen risiko teknologi informasi yang mencakup pula keamanan siber bank umum dan alih daya (outsourcing).
Baca Juga: Mengadu Valuasi dan Teknikal Saham BRIS dan BTPS, Siapa Lebih Murah dan Menarik?
Keempat, kolaborasi yang mencakup platform sharing, kerjasama bank dalam ekosistem digital.
Kelima, tatanan institusi yang mencakup dukungan pendanaan, kepemimpinan, desain organisasi, talenta sumber daya manusia, dan budaya.
"Kelima aspek tersebut merupakan langkah strategis untuk mendorong perbankan dalam menciptakan inovasi produk dan layanan keuangan yang dapat memenuhi ekspektasi konsumen dan berorientasi pada konsumen," terangnya.
Cetak Biru disusun dengan mempertimbangkan berbagai aspek meliputi studi terkait perbankan masa depan, kondisi digitalisasi perbankan, standar internasional, praktik terbaik, masukan stakeholder, dan harmonisasi dengan kebijakan otoritas terkait.
Selanjutnya: Bank Jago ternyata tak salurkan kredit langsung ke debitur, dari mana pendapatannya?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News