Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Meskipun kontribusi bisnis pembiayaan dan rental menurun, namun kinerja PT Tunas Ridean Tbk (TURI) tetap positif akhir tahun lalu. Laba bersih TURI per Desember 2011 tumbuh 20% menjadi Rp 322 miliar dibandingkan akhir Desember 2010 sebesar Rp 269 miliar.
Pencapaian tersebut sejalan dengan pendapatan bersih TURI yang naik 22% menjadi Rp 8,298 triliun dibandingkan akhir 2010 sebesar Rp 6,826 triliun. Kenaikan laba bersih ini ikut menaikkan laba bersih per saham sebanyak 20% menjadi Rp 58 per saham dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp 48 per saham.
Direktur Utama TURI Rico Setiawan memaparkan, laba bersih grup dari divisi otomotif naik 33% menjadi Rp 273 miliar. Ini karena faktor peningkatan permintaan pasar dan kemudahaan pembiayaan dengan suku bunga yang menarik.
Pasar otomotif tumbuh 17% menjadi 894.000 unit dan pasar motor tumbuh 9% menjadi 8 juta unit. Kondisi ini berimbas pada pertumbuhan penjualan mobil TURI sebesar 20% menjadi 38.300 unit sementara motor naik 32% menjadi 198.100 unit per 2011 dibandingkan 2010.
Sementara itu, laba bersih anak usaha TURI yang bergerak di binis penyewaan kendaraan, Tunas Rental merosot 43% menjadi Rp 16,8 miliar. Penurunan ini lantaran tahun lalu terdapat keuntungan atas penjualan kendaraan sewa dari pemutusan kontrak yang lebih. Tunas Rental mengembangkan portofolio jangka panjang sebesar 3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi 3.800 unit.
Penurunan juga dialami pada perusahaan afiliasi yang 49% sahamnya dimiliki TURI, yakni Mandiri Tunas Finance (MTF). Laba bersih MTF tahun 2011 menciut 7% dibandingkan tahun 2010 menjadi Rp 32,2 miliar. Hal ini dipicu kenaikan kerugian dan penyisihan atas piutang pembiayaan konsumen. Kendati demikian, volume pembiayaan MTF tumbuh dengan kuat dan jumlah pinjamannya naik 57% menjadi Rp. 7,1 triliun pada 2011.
TURI optimistis kinerja positif yang dialami tahun lalu masih bisa berlanjut di tahun 2012. "Walau ada peningkatan harga serta, usulan pemerintah tentang pengurangan subsidi bahan bakar, dan kebijakan uang muka yang dapat menurunkan permintaan pelanggan, pandangan kami hingga akhir 2012 tetap positif," tutur Rico, Kamis (29/3).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News