Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana setoran modal beberapa bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke PT Fintek Karya Nusantara (Finary), pengelola platform LinkAja yang sedianya digelontorkan akhir Juli 2019 hingga kini belum juga terlaksana. Kabarnya, hingga kini masih ada sejumlah hambatan yang harus diselesaikan masing-masing bank sebelum menyetorkan modalnya ke LinkAja.
Anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang merupakan bagian dari BUMN yang akan turut serta membenamkan modalnya di LinkAja mengatakan, hingga kini masih ada sejumlah hambatan yang tengah dibereskan masing-masing bank sebelum menyetorkan modalnya.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), Suprajarto menyatakan hal tersebut terjadi lantaran BRI kini tengah menunggu persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Saat ini izin dari otoritas masih dalam proses. Namun kami masih optimistis penyertaan modal dapat dilakukan bulan ini, sesuai dengan jadwal yang ditentukan,” katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (19/7).
BRI akan menggunakan PT BRI Ventura Investama. Suprajarto sebelumnya juga menjelaskan dalam rangka penyertaan modal ke Finarya, BRI Ventura telah disuntik modal Rp 1 triliun.
Direktur Bisnis Konsumer PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Tambok Simanjuntak menyatakan hal serupa, saat ini bank berlogo 46 ini belum menyetorkan modal.
Apalagi, BNI kini juga masih merampungkan proses akuisisi terhadap perusahaan modal ventura yang akan digunakan dalam penyertaan modal ke Finarya.
“Penyertaan modal ke Finarya akan dilakukan melalui entitas BNI yang dengan mengambil 17% kepemilikan saham. Setoran modal tahap 1 ini sendiri akan dilakukan Juli, dan saat ini sedang dalam proses administratif,” kata Tambok kepada Kontan.co.id.
Untuk mengakuisisi perusahaan modal ventura, BNI mengaku telah menyiapkan dana Rp 250 miliar. Dana tersebut merupakan bagian dana anorganik BNI senilai total Rp 3 triliun hingga Rp 4 triliun yang juga direncanakan untuk mengakuisisi beberapa lembaga keuangan lainnya.
Baik BRI dan BNI akan berpartisipasi dalam penyertaan modal tahap pertama ke Finarya dengan tenggat akhir pada 31 Juli 2019. Di tahap pertama ini, Finarya akan menerbitkan 66.526 saham baru senilai Rp 665,26 miliar.
Selain BRI, dan BNI, saham tersebut juga akan dieksekusi oleh PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), entitas PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Jiwasraya, dan entitas PT Danareksa.
Kemudian setoran modal tahap kedua akan dilakukan paling lambat 31 Oktober 2019 untuk mengeksekusi 18.600 saham baru senilai Rp 186 miliar. Sedangkan pihak yang akan mengeksekusi adalah Telkomsel, entitas PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), entitas PT Pertamina.
Selanjutnya, setoran modal tahap ketiga akan dilakukan Finarya dengan menerbitkan 80.000 saham baru senilai Rp 800 miliar. Ada dua skenario untuk mengeksekusinya. Pertama, ada lima BUMN tambahan akan ikut mengeksekusi di tahap ini. Kedua 80.000 saham baru tersebut hanya akan di eksekusi delapan pihak yang telah ambil saham di tahap sebelumnya.
Skenario pertama nampaknya punya kemungkinan paling besar. Sebab CEO Finarya Danu Wicaksana bilang lima BUMN tersebut yaitu PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Jasa Marga (JSMR), PT Kereta Api Indonesia, PT Angkasa Pura I, dan PT Angkasa Pura II kini tengah melaksanakan proses uji tuntas untuk bergabung ke Finarya.
“Lima BUMN tambahan ini sangat komitmen ya. Saat ini sedang juga proses uji tuntas (due diligence) untuk mulai masuk akhir kuartal III-2019 nanti," kata Danu.
Dengan masuknya lima BUMN tersebut maka komposisi pemegang saham akhir Finarya adalah Telkomsel 25%, entitas Bank Mandiri, entitas BRI, dan entitas BNI masing-masing 17,03%, kemudian entitas BTN, dan entitas Pertamina masing-masing 6,13%, Jiwasraya 1%, dan entitas Danareksa 0,63%.
Sedangkan lima BUMN tambahan tersebut secara total akan ambil 10,02%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News