Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menyambut baik rencana Bank Indonesia (BI) yang ingin menurunkan uang muka atas kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) sebesar 10%.
Sebab, jika wacana tersebut terealisasikan, para pelaku perusahaan pembiayaan (multifinance) dalam negeri umumnya akan ketiban rezeki juga.
Suwandi Wiratno, Ketua Umum APPI menjelaskan, biasanya pihak perbankan menjalin kerja sama dengan para multifinance untuk menyalurkan kredit kendaraan bermotor. "Multifinance itu seperti jalur distribusi bagi bank, makanya banyak bank yang punya anak usaha multifinance. Jadi kami menyambut baik wacana tersebut kalau terealisasikan," tuturnya kepada KONTAN, Rabu (20/5).
Sayangnya, ia menganggap masih terlalu dini untuk memprediksi besaran pertumbuhan penyaluran kredit yang dapat terjadi.
Jika ide tersebut dapat terwujud, Suwandi berharap penyaluran pembiayaan dalam negeri juga dapat terkerek. Tapi, ia mengingatkan, penurunan uang muka tak serta merta langsung dapat menggenjot pembiayaan. Sebab, masih banyak faktor yang berpengaruh. Misalnya daya beli masyarakat.
"Saat ini kondisi perekonomian dan beberapa sektor sedang lesu. Di Kalimantan misalnya pertambangan. Jadi kalau rencana itu jadi, tidak bisa dikatakan pasti naik pembiayaan kendaraannya," pungkasnya. Yang jelas, lanjutnya, penurunan uang muka baik untuk KPR maupun KKB dapat meringankan beban masyarakat dalam mengumpulkan dana uang muka tersebut.
Sebelumnya, BI berencana melonggarkan rasio kredit atas nilai agunan alias loan to value (LTV) atas KPR dan KKB sebesar 10%. Mereka berharap, pelonggaran tersebut akan efektif sebelum semester kedua tahun 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News