Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bank kelas menengah ramai-ramai ingin naik kelas. Terbaru, ada Bank UOB Indonesia yang berambisi naik kelas ke kategori bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV atau bermodal inti minimal Rp 30 triliun.
Gambaran saja, bank yang 98% sahamnya dimiliki oleh UOB Limited Singapura ini memiliki modal inti Rp 10,6 triliun atau masuk BUKU III per akhir semester I 2016. Dalam jangka pendek, UOB akan menerbitkan obligasi tahap I sebesar Rp 1,1 triliun.
Surat utang ini terdiri dari obligasi sebesar Rp 1 triliun dan obligasi subordinasi sebesar Rp 100 miliar. Dana segar dari penerbitan obligasi akan digunakan untuk meningkatkan aset produktif dan mengembangkan bisnis.
Sedangkan dana hasil penerbitan obligasi subordinasi akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan. Dana obligasi subordinasi akan masuk dalam komponen modal pelengkap atau tier 2.
Seiring kenaikan kelas, Bank UOB Indonesia menargetkan mampu masuk jajaran 10 bank terbesar di Indonesia dalam lima tahun ke depan. Strateginya, menggenjot dua segmen bisnis yaitu bisnis kartu kredit dan wholesale banking.
Kevin Lam, Presiden Direktur UOB Indonesia optimistis bisa mencapai target lantaran perseroan mengukir rapor kinerja positif di beberapa tahun terakhir. Sampai Agustus 2016 Bank UOB Indonesia mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 7,35% menjadi Rp 61,13 triliun secara tahunan (year on year/yoy).
Sedangkan laba bersih tercatat meningkat 44,32% menjadi Rp 394 miliar. Kenaikan laba bersih ini ditopang pendapatan bunga bersih yang tumbuh 19,83%, lebih rendah dari kenaikan beban operasional sebesar 14,72%.
Untuk mendongkrak laba hingga akhir tahun, Bank UOB Indonesia akan memburu dana murah (CASA). Sampai akhir Agustus 2016, CASA menyumbang 35% dari total dana pihak ketiga (DPK) Bank UOB Indonesia. Kenaikan CASA bertujuan untuk meningkatkan margin bunga bersih (NIM).
Selain itu, bank juga akan menekan cost of fund dan biaya operasional. Muljono Tjandra, Direktur Keuangan UOB Indonesia mengatakan, sampai akhir tahun 2016 diharapkan pertumbuhan kredit sesuai dengan arahan OJK atau berkisar antara 10% sampai 11%.
Dari jenis kredit, Bank UOB Indonesia memprediksi, kredit investasi berpotensi tumbuh sebesar 20% di akhir 2016 secara tahunan. Kredit modal kerja juga tumbuh positif. Penopang kredit modal kerja bersumber dari sektor manufaktur dan fast-moving consumer goods.
“Kami melihat bisnis konsumer ke depannya akan tumbuh. Oleh karena itu kami bidik beberapa bisnis terkait konsumer seperti makanan dan minuman,” ujar Kevin, Rabu (19/10).
Agar penyaluran kredit mendaki signifikan, Bank UOB Indonesia juga berniat menggarap segmen infrastruktur. Bank ini memilih skema kerjasama dengan bank lain. Tahun depan, selain bisnis kartu kredit dan wholesale banking, Bank UOB Indonesia juga mengincar bisnis konsumer lain seperti kredit pemilikan rumah (KPR).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News