Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
Sementara itu, Direktur Keuangan, Treasury & Global Services Bank Jatim, Edi Masrianto juga menyebut hal yang sama terkait penempatan dana bank.
"Dana bank kami tempatkan tentunya terutama di kredit, sisanya setelah ditempatkan sebagai Giro Wajib Minimum (GWM), kami tempatkan ke surat berharga," kata Edi kepada Kontan, Selasa (31/10).
Edi merinci, setidaknya Bank Jatim menempatkan 35% dari total dananya di Surat Berharga. Jika melihat laporan keuangan Bank Jatim konsolidasi, bank ini menempatkan dananya di surat berharga sebesar Rp16 triliun per September 2023, dan Rp 598 miliar pada bank lain dalam bentuk Giro.
Bank Jatim sendiri pada Kuartal III-2023 tercatat menyalurkan kredit Rp 51,77 triliun atau tumbuh 12,61% yoy. Sementara DPK tumbuh 1,46% yoy menjadi Rp 84,19 triliun.
Baca Juga: Bunga Naik Jadi Pedang Bermata Dua Bagi Emiten Perbankan
Adapun untuk tantangan tren suku bunga yang tinggi, Edi bilang "Ya tantangannya adalah dengan adanya kenaikan suku bunga acuan kita harus agile untuk follow market sesuai batas risk apetite tidak jor-joran dengan mengikuti suku bunga tinggi di luar risk apetite," kata Edi.
Di sisi lain, untuk bank juga berupaya untuk memperoleh dana dari nasabah dengan produk yang sesuai kebutuhan customer dan menjalin lebih dekat dengan masabah, yakni salah satunya dengan strategi promosi dan bundling produk dana.
Asal tahu saja, berdasarkan data Kemenkeu, kepemilikan surat berharga negara (SBN) oleh perbankan per 24 Oktober 2023 mencapai Rp 1,630.64 triliun. Nilai ini terlihat menyusut 1,81% secara tahunan atau year on year (YoY) dari 24 Oktober 2022 yang mencapai Rp 1,660.93 triliun.
Dengan angka tersebut dapat dilihat dimana bank mengurangi penempatan dananya di surat berharga, dan terus memacu kinerja kredit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News