kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Wapres : Jangan Ada Lagi Window Dressing di Perbankan


Rabu, 28 April 2010 / 16:55 WIB
Wapres : Jangan Ada Lagi Window Dressing di Perbankan


Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Johana K.

JAKARTA Praktek penerapan Good Corporate Governance (GCG) di sektor perbankan perlu ditingkatkan lagi kualitasnya. Ini penting untuk mendukung penjagaan sistem keuangan perbankan secara umum agar semakin tangguh menghadapi ancaman krisis di masa-masa mendatang. Demikian disampaikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono saat membuka hajatan tahunan perbankan Asia Pacific Conference and Exhibition (Apconex) 2010 di Jakarta, Rabu (28/4).

Boediono menuturkan, pengawasan Bank Indonesia (BI) selaku otoritas di sektor perbankan sejatinya sejauh ini sudah cukup baik. "Namun, belum yang terbaik. Masih banyak yang perlu diperbaiki," tandas Boediono yang pernah menjabat sebagai Gubernur BI itu.

Salah satu sisi pengawasan yang perlu ditingkatkan adalah terkait kualitas informasi dan data perbankan. "Kualitas informasi menjadi landasan kita bersama saat mengambil keputusan. Jika ada yang rusak kualitasnya, kita enggak bisa main-main," kata Boediono.

Upaya peningkatan kualitas laporan bank sejatinya tidak hanya bergantung pada komitmen manajemen di setiap bank. Namun, memerlukan komitmen yang besar juga dari regulator yakni BI khususnya di sektor pengawasan. "Saya anjurkan pada rekan-rekan perbankan agar mengawasi sesama (bankir) dan juga kepada rekan di Bank Indonesia agar memberi suasana yang pas untuk semua yang akurat dan cepat. Kalau perlu dengan penalti," jelasnya.

Wapres menjelaskan, ancaman krisis akan selalu ada di depan nanti. Dus, untuk mengantisipasi kebutuhan informasi yang akurat tentang kondisi sektor keuangan secara umum dan sektor perbankan sebagai ujung tombaknya, yang diperlukan dalam rangkaian mekanisme respon.

Ibaratnya, informasi yang akurat dan lengkap tentang sebuah bank merupakan aset alias bekal yang sangat berharga ketika nanti mendadak ada serangan krisis finansial. "Laporan dari bank harus akurat. Sekarang tidak ada lagi alasan untuk menutup-nutupi. Tidak usah window dressing (karena) yang rugi nanti kita semua. Jangan ada lagi laporan yang aneh," kata Boediono.

Permintaan Wapres ini tidak bisa dilepaskan dari konteks kasus Bank Century beberapa waktu lalu. Adapun kasus Bank Century yang meletus ketika krisis sejatinya merupakan masalah lama yang sudah berlarut-larut sejak proses merger tiga bank tahun 2004 silam.

Seperti diketahui, Boediono ketika itu menjabat sebagai Gubernur BI. Penyelamatan Century juga diwarnai drama minimnya informasi tentang bank tersebut dalam bentuk paling akurat dan cepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×