Reporter: Dina Farisah | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan berhati-hati dalam meramu portofolio. Saat ini, sebaran portofolio BPJS lebih banyak dialokasikan pada instrumen surat utang negara (SUN).
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G Masassya mengatakan, berdasarkan ketentuan, pihaknya diperbolehkan memarkirkan 44%-48% dana kelolaan pada instrumen obligasi.
Dari total dana kelolaan Rp 168 triliun, pihaknya membenamkan 46% dana pada instrumen obligasi. Sementara ketentuan alokasi pada instrumen saham antara 18%-22%. Saat ini, BPJS memarkirkan dana di saham sebesar 21%.
"Portofolio lainnya tersebar di deposito, reksadana, properti dan penyertaan terbatas. Porsi portofolio pada reksadana antara 8% hingga 10%," terang Elvyn, Jumat (6/11).
Elvyn bilang, racikan portofolio ini akan disesuaikan dengan kondisi ekonomi. Tahun depan, pihaknya akan menambah bobot alokasi pada obligasi hingga 48%.
Adapun pilihan obligasi adalah yang bertenor panjang. Sebab, BPJS Ketenagakerjaan memiliki peserta pensiunan sehingga horizon investasinya jangka panjang. Selain porsi obligasi yang di naikkan, pihaknya juga menambah sedikit porsi saham dari 21% menjadi 22% pada tahun depan.
Sementara porsi yang dikurangi pada tahun depan adalah deposito. Alokasi yang diperbolehkan di instrumen ini antara 22%-28%. Saat ini, alokasi portofolio di deposito sebesar 24%. Tahun depan, porsi deposito dipangkas hingga 22%. Salah satu pertimbangannya adalah mulai terendusnya rumor penurunan suku bunga (BI rate).
Dari sebaran portofolio tersebut, BPJS Ketenagakerjaan telah meraih imbal hasil (return) investasi sebesar 10,4%. Return investasi ini telah melampaui target akhir tahun sebesar 9,9%. Tahun depan, pihaknya berharap dapat mempertahankan return investasi double digit atau di atas 10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News