kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Likuiditas bank makin kering di 2014


Kamis, 12 Desember 2013 / 09:51 WIB
Likuiditas bank makin kering di 2014


Reporter: Nina Dwiantika, Issa Almawadi, Adhitya Himawan | Editor: A.Herry Prasetyo

JAKARTA. Likuiditas perbankan yang ketat di akhir tahun ini bisa berlanjut hingga tahun depan. Malah, likuiditas di tahun 2014 diperkirakan akan semakin kerontang. Wajar saja bila bank memasang target konservatif dalam penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) di  tahun depan.

Lihat saja, Bank Central Asia (BCA) hanya mematok target pertumbuhan DPK sebesar Rp 445 triliun atau naik 9,88% dibandingkan tahun ini. Padahal target pertumbuhan DPK tahun ini naik sebesar 15% dari tahun lalu. "Tahun depan kami ingin menggenjot dana murah," kata Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA,  kemarin.

Bank Permata juga konservatif menetapkan target DPK.  "Mau tidak mau kami ikut target regulator. Kalau tidak, malah bisa repot sendiri," kata Herwidayatmo, Wakil Presiden Direktur Bank Permata.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) masih optimistis dan menargetkan perolehan DPK tahun depan naik 15%-17% atau sesuai proyeksi Bank Indonesia (BI). Tapi, target tersebut lebih rendah ketimbang target tahun ini yang sebesar 20%. "Tahun depan kami akan membuka layanan kantor cabang dalam bentuk kapal untuk menghimpun dana dari daerah terpencil," kata Achmad Baiquni, Direktur BRI.

Glen Glenardi, Direktur Utama Bank Bukopin juga memasang target konservatif, antara 15%-20%. "Sulit mengejar pertumbuhan DPK lebih tinggi dari tahun ini karena situasi pasar cukup ketat," katanya.

Pahala N. Mansuri, Direktur Keuangan Bank Mandiri, perlambatan pertumbuhan DPK perbankan menjadi dua tahun terakhir. Sebagai gambaran, tahun 2011, penghimpunan DPK industri perbankan masih tumbuh 19%. Tahun lalu DPK cuma naik 15%. Tahun depan, Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan kredit dan DPK 15%-17%.

Yang jelas, sejak BI mengerek bunga acuan (BI rate) Juni lalu, risiko kekeringan likuiditas makin tinggi. Memang, perbankan menaikkan bunga simpanan  merespons pengetatan kebijakan moneter BI.

Persoalannya, kenaikan bunga deposito belum menahan pelambatan laju DPK. Tak heran, Kreshna D. Armand,  Assistant Vice President Analyst ICRA Indonesia, memperkirakan, perbankan akan menaikkan bunga simpanan lagi demi menarik deposan.

Doddy Ariefianto, Head of Economic and Banking System Risk Division Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), memperkirakan DPK perbankan tahun 2014 hanya naik 14,1%. Dia mewanti-wanti, bank kecil paling terpukul efek kekeringan likuiditas ini.

Suka tak suka, pelambatan ekonomi menyebabkan masyarakat sulit menyisihkan uang dan menyimpan di bank. Sudah begitu, bunga kredit  pun tinggi. Penghasilan masyarakat pun habis untuk membayar cicilan plus bunga. Tentu kian runyam jika BI nekat menaikkan BI rate naik lagi.                   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×