Reporter: Nina Dwiantika, Issa Almawadi | Editor: A.Herry Prasetyo
JAKARTA. Likuiditas valuta asing (valas) perbankan bakal kian ketat. Maklum, kebutuhan valas semakin besar, sementara pasokan terbatas.
Mengutip data Bank Indonesia (BI), simpanan valas di perbankan per Oktober 2013 tercatat Rp 577,21 triliun, turun 2,4% dari September 2013 sebesar Rp 591,14 triliun.
Di sisi lain, permintaan valas di akhir tahun sangat besar. Pertamina misalnya, setidaknya membutuhkan valas US$ 100 juta per bulan untuk impor minyak. Belum lagi, Pertamina juga membutuhkan valas US$ 3 miliar untuk mengakuisisi blok migas sepanjang tahun ini (Harian KONTAN 3 Desember 2013).
Permintaan valas untuk pembayaran utang luar negeri tak kalah besar, per Oktober-Desember 2013 mencapai sekitar US$ 21,03 miliar.
Gubernur BI, Agus Martowardojo mengakui kebutuhan valas akhir tahun masih besar. Karena itu, BI akan menjaga likuiditas valas di pasar dengan menawarkan swap, term deposit valas dan membuat mini master repo agreement. BI dan pemerintah juga tengah menyiapkan instrumen untuk menarik dana valas WNI yang ada di luar negeri.
Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan likuiditas valas sudah mengetat sejak 2012. Di pengujung tahun ini, likuiditas valas terancam kering lantaran pasokan valas di pasar kian tipis akibat pelemahan rupiah. "Kami sudah tidak melepas kredit baru valas untuk menjaga likuiditas valas," tandas Jahja.
Bank sebesar BCA juga akan membatasi plafon kredit valas sebesar US$ 2,5 miliar untuk 2 tahun - 3 tahun ke depan. Saat ini, likuiditas valas di BCA US$ 2 miliar dengan rasio pinjaman terhadap simpanan valas (LDR) 76%.
Head of Corporate and Investment Banking Citibank Indonesia Kurnady Lie, mengatakan likuiditas valas di Citibank aman dengan LDR 66%. Untuk menjaga likuiditas, Citibank akan menambah utang dan mencari liabilitas baru. "Likuiditas valas di pasar volatil karena tak semua eksportir menjual dollar mereka," katanya. BRI juga mengaku likuiditas valas masih terjaga. "LDR valas BRI 76%," ujar Sekretaris Perusahaan BRI, Muhammad Ali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News