kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pencadangan naik, laba BNI tergerus 50,8%


Kamis, 30 Juli 2015 / 14:26 WIB
Pencadangan naik, laba BNI tergerus 50,8%


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Di saat bank lain mencatatkan kenaikan laba, meskipun tipis, tidak demikian yang dialami oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Bank yang kini dikomandani oleh Achmad Baequni ini mengalami penuruan laba bersih hingga 50,8% menjadi hanya Rp 2,43 triliun di semester I 2015 ini.

Penyebabnya adalah karena dana pencadangan kerugian atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) mengalami kenaikan 63,15% menjadi Rp 11,2 triliun. Selain itu cadangan pinjaman bermasalah juga tercatat mengalami kenaikan menjadi 138,8% dari sebelumnya yaitu 128,9%.

Achmad Baequni mengatakan bahwa kenaikan CKPN ini disebabkan karena pada semester pertama kredit macet atawa NPL BNI mengalami kenaikan menjadi 3% dibandingkan 2% pada semester pertama tahun lalu.

Kenaikan NPL ini utamanya disumbangkan oleh sektor kecil dan menengah yang masing-masing sebesar 6,8% sampai 5,4%.

Dari sektor kelas menengah misalnya industri manufaktur dan perdagangan. “Penurunan kondisi ekonomi pada semester pertama 2015 ini menyebabkan debitur mengalami kesulitan untuk pembayaran bunga,” ujar Baequni ketika memberikan pemaparan kinerja BNI semester 1 2015, Kamis (30/7).

Selain itu jika dilihat di laporan keuangan BNI pada semester pertama ini, yang menyebabkan laba bersih mengalami penurunan adalah kenaikan biaya provisi sebesar 172,2% menjadi Rp 5,9 triliun. Biaya operasi juga naik 17,1% menjadi Rp 7,8 triliun.

Nah, karena NPL yang naik tersebut, maka, kata Baequni, selama semester pertama 2015 ini, perseroan melakukan sejumlah restrukturisasi kredit.

Terkait dengan restrukturisasi kredit ini, perseroan telah menghapus sebesar Rp 1,2 triliun kredit dan merecovery jumlah kredit sebesar Rp 719 miliar. Hal ini menyebabkan recovery rate BNI pada semester pertama naik menjadi 56,6%.

Dari sisi kredit, BNI masih mencatatkan kenaikan sebesar 12,1% menjadi Rp 257,52 triliun. Jika dilihat dari segmen penyaluran kredit pada semester pertama 2015, tercatat bahwa business banking masih mendominasi yaitu mencapai 71,9% atau Rp 207,57 triliun. Disusul oleh kredit konsumer dengan porsi 18,5% dari total kredit yaitu sebesar Rp 53,48 triliun.

Kenaikan kredit ini menyebabkan pendapatan bunga bersih perseroan masih mengalami kenaikan 14% menjadi Rp 12,2 triliun. Selain itu tercatat NIM perseroan pada semester pertama juga mengalami kenaikan menjadi 6,5% dibandingkan 6,0% di periode sebelumnya.

Sementara untuk perolehan dana pihak ketiga (DPK), BNI masih mampu mencatatkan kenaikan, meskipun persentasenya lebih rendah dari kenaikan kredit yang disalurkan, yaitu sebesar 4,2% menjadi Rp 327,26 triliun.

Kenaikan DPK ini utamanya dikontribusikan oleh CASA yaitu sebesar 63,23% dari total DPK yaitu sebesar Rp 206,95 triliun. Deposito menyumbang 36,7% yaitu Rp 120,3 triliun. “Dana dari tabungan dan giro mengalami kenaikan masing-masing 11,7% dan 3,2%, sedangkan untuk dana dari deposito mengalami penurunan 1,6%,” terang Baequni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×