Reporter: Astri Kharina Bangun |
JAKARTA. Menjelang integrasi perbankan di wilayah ASEAN tahun 2020, ada sejumlah hal yang perlu disiapkan negara-negara anggota ASEAN. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Muliaman D Hadad menyebut tiga hal utama yang tengah diprioritaskan oleh forum bank sentral se-ASEAN.
Pertama, meningkatkan pembangunan kapasitas dari sumber daya manusia (SDM) yang bergerak di sektor perbankan.
Kedua, mengharmonisasikan aturan-aturan seputar perbankan antara negara-negara ASEAN. Pasalnya, kata Muliaman, saat ini masih ada ketimpangan aturan perbankan di antara negara-negara ASEAN. Ada negara-negara yang sangat Muliaman mencontohkan, saat ini ada negara-negara di ASEAN yang sistem perbankannya sudah sangat modern dan global sementara masih ada yang bersifat tradisional.
Misalnya, Indonesia terbilang cukup terbuka dalam hal aturan perbankan, sementara ada negara lain yang masih sangat tertutup.
“Ada yang sudah sangat global industrinya seperti Singapura. Namun, ada yang juga yang masih tradisional seperti Myanmar dan Laos. Untuk mencapai integrasi perlu ada semangat yang sama. Ini sedang dilakukan tim kerja di ASEAN,” kata Muliaman dalam Seminar bertajuk Indonesia Menuju ASEAN Economic Community, Senin ( 14/5).
Ketiga, menyiapkan pembangunan infrastruktur finansial. Setiap negara harus menyiapkan sistem keamanan keuangan dan akuntansi masing-masing.
Integrasi perbankan ASEAN merupakan kelanjutan dari ASEAN Economic Community alias Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEE). MEE akan resmi dilaksanakan pada 2015 sementara integrasi perbankan menyusul lima tahun kemudian, yakni pada 2020.
“ASEAN akan terbuka satu sama lain nanti. Kalau ada negara lain yang belum siap terbuka dan merasa dirugikan maka keterbukaan itu tak akan terjadi. Oleh karena itu, kita perlu mempersiapkannya dengan baik,” kata Muliaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News