Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Angka penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) bank besar tercatat tumbuh pada kuartal I-2025, kendati secara industri pergerakannya melambat. Pertumbuhan ini terjadi berkat digitalisasi transaksi perbankan yang kian masif.
Melansir data uang beredar Bank Indonesia (BI) per Maret 2025, DPK tercatat sebesar Rp 8.725,6 triliun atau tumbuh 4,7% secara tahunan (YoY). Angka ini melambat dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 8.652,5 triliun atau tumbuh 5,6% YoY.
Kendati begitu, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tampak masih membukukan pertumbuhan DPK dua digit di kuartal pertama tahun 2025. DPK bank berkode saham BMRI ini tumbuh sebesar 11,2% YoY mencapai Rp 1.748 triliun.
Baca Juga: Dana Pihak Ketiga Kembali Tumbuh Melambat pada Maret 2025, Sinyal Likuiditas Mengetat
Kata Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan dana murah yang terdiri dari giro dan tabungan (current account saving account/CASA) yang meningkat 8,89% YoY dengan total Rp 1.269 triliun. Keduanya mencakup 77,1% dari total DPK BMRI secara bank only.
“Kami memanfaatkan digitalisasi untuk mengoptimalkan akuisisi dana murah dan meningkatkan efisiensi biaya dana,” ujar Darmawan dalam keterangan tertulis, Kamis (29/4) lalu.
Melansir paparan kinerjanya, total volume transaksi digital dari super app Livin' by Mandiri tumbuh 20,7% YoY senilai Rp 4.175 triliun, sedangkan super app Kopra by Mandiri tumbuh 23,3% YoY mencapai Rp 23.824 triliun.
Di periode yang sama, pengguna Livin’ by Mandiri telah mencapai 31 juta pengguna, naik 26% YoY.
Pertumbuhan kedua ditempati PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang DPK-nya tumbuh 6,5% YoY mencapai Rp 1.193 triliun.
Di saat yang sama, CASA bank swasta terbesar Tanah Air ini tumbuh 8,3% YoY mencapai Rp 980 triliun, mencakup 82% dari total DPK BCA.
Baca Juga: Dana Pihak Ketiga Perbankan dari Nasabah Perorangan Terus Menyusut
Kata EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, dana murah menjadi kontributor utama pendanaan BCA seiring meningkatnya volume transaksi BCA dari berbagai channel terintegrasi, seperti mobile banking myBCA dan BCA Mobile, merchant apps, berbagai online business banking, cash deposit and withdrawal machine (CDWM), dan mesin anjungan tunai mandiri (ATM).
“Frekuensi transaksi yang diproses BCA secara menyeluruh tumbuh 19% YoY,” ujar Hera kepada Kontan, Jumat (16/5).
Secara bersamaan, BCA kata Hera juga tengah mengembangkan channel BCA di berbagai lokasi dengan mengusung konsep hybrid banking untuk memberikan layanan holistik bagi nasabah.
Tak ketinggalan, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga turut membukukan pertumbuhan DPK sebesar 5% YoY mencapai Rp 819,6 triliun.
Baca Juga: Strategi Bank Jatim Genjot Dana Pihak Ketiga (DPK)
Sekretaris perusahaan BNI, Okki Rushartomo, mengatakan, pertumbuhan ini terutama didorong tabungan yang naik 10,2% YoY sebesar Rp 257 triliun, disusul giro naik 3,4% YoY menjadi Rp 319 triliun, dan deposito yang naik sebesar 2,1% YoY menjadi Rp 241 triliun.