Reporter: Bidara Pink | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selangkah lagi, Bank Indonesia (BI) akan mengimplementasikan central bank digital currency (CBDC) alias Rupiah Digital.
Rupiah Digital digadang-gadang mampu menggerakkan transaksi dan arus perputaran uang yang lebih cepat dan efisien. Hal ini nantinya diharapkan akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Lantas, apa itu Rupiah Digital?
Berikut empat fakta penting yang harus Anda ketahui tentang Rupiah Digital:
1. Pengertian Rupiah Digital
Rupiah digital adalah mata uang digital yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Jika dilihat secara konsep, rupiah digital hampir sama dengan mata uang kripto. Namun, harganya dipatok berdasarkan mata uang kartal negara terkait.
Melansir Kontan, bank sentral ingin menerbitkan mata uang digital, karena beberapa tahun terakhir tren mata uang kripto terus naik. Agar tidak merusak mata uang domestik, beberapa bank sentral ingin menciptakan mata uang digital mereka sendiri.
2. White Paper Rupiah Digital
BI meluncurkan white paper pengembangan central bank digital currency (CBDC) atau rupiah digital. Apa itu White Paper Rupiah Digital?
White Paper merupakan rencana atau konsep dari rupiah digital yang akan dikembangkan oleh BI.
Gubernur BI Perry Warjiyo memberi nama proyek pengembangan rupiah digital ini Proyek Garuda. Ini sebagai tanda kesiapan Indonesia untuk menyusul negara-negara yang telah mengimplementasikan mata uang bank sentral.
Baca Juga: Kapan Rupiah Digital Diterapkan? Ini Penjelasan BI
Perry melanjutkan, peta jalan rupiah digital terdiri dari tiga tahap. Pertama, wholesale CBDC (W-CBDC) untuk model bisnis penerbitan, pemusnahan, dan transfer antarbank dengan rupiah digital.
Kedua, model akan diperluas menjadi pengembangan model bisnis operasi moneter dan pasar uang. Ketiga, integrasi W-CBDC dengan retail CBDC (R-CBDC) secara end-to-end.
3. Tiga tahap implementasi Rupiah Digital
Dalam dokumen yang diterima Kontan.co.id, Perry menjelaskan rupiah digital akan diimplementasikan melalui tiga tahap.
Tahap pertama adalah wholesale CBDC (w-CBDC) atau w-Digital Rupiah.
W-Digital Rupiah hanya dapat digunakan secara terbatas oleh pihak-pihak yang ditunjuk oleh BI, seperti perbankan maupun institusi keuangan lainnya. Ini layaknya rekening giro pihak ketiga di BI.
“Untuk memperoleh w-Digital Rupiah, pihak-pihak tersebut perlu mengonversi rekening giro di BI,” jelas Perry dalam dokumen white paper tersebut.
Dengan demikian, penerbitan w-Digital Rupiah secara inheren hanya akan mengubah komposisi kewajiban moneter BI tanpa mengubah ukuran neraca BI. Ini layaknya uang kartal fisik dan rekening giro.
W-Digital Rupiah ini awalnya digunakan untuk penerbitan, pemusnahan, dan transfer antarbank.
Baca Juga: BI akan Jangkau Daerah 3T untuk Implementasi Rupiah Digital
Tahap kedua, perluasan W-Digital Rupiah dengan tujuan yang mendukung operasi moneter dan pengembangan pasar keuangan.
Tahap Ketiga, pengembangan interaksi w-Digital Rupiah dengan retail CBDC (r-CBDC) atau r-Digital Rupiah. Dalam tahap ini, R-Digital Rupiah sudah bisa digunakan masyarakat luas layaknya uang kertas dan uang logam.
Masyarakat bisa memperoleh r-Digital Rupiah dengan menukar uang kertas dan uang logam, rekening giro atau tabungan di perbankan, atau saldo uang elektronik dengan r-Digital Rupiah lewat perantara yang ditunjuk BI.
Perantara yang ditunjuk adalah para wholesaler. Mekanisme ini kurang lebih serupa dengan mekanisme yang berlaku pada uang kertas dan uang logam saat ini.
4. Manfaat implementasi Rupiah Digital
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan ada berbagai manfaat yang didapat Indonesia dengan implementasi Rupiah Digital.
“Manfaat yang didapat Indonesia dari sisi dampak ekonomi hingga menghindari masalah kriminal,” tutur David kepada Kontan.co.id, Jumat (2/12).
David pun memerinci. Pertama, dari sisi ekonomi, Rupiah Digital akan mendorong kemudahan bertransaksi. Transaksi yang makin mudah akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.
“Transaksi makin mudah dan efisien dengan Rupiah Digital, peredaran uang akan meningkat, sehingga ini akan menambah pertumbuhan ekonomi,” jelas David.
Kedua, untuk jangka panjang ini bisa membantu bantuan fiskal untuk sampai di tangan yang tepat. Penyaluran bantuan langsung tunai (BLT) bisa dilakukan lebih tepat sasaran dan langsung ke orang bersangkutan. Sehingga,meminimalisir korupsi oleh oknum.
Ketiga, kedaulatan Rupiah terjaga. Saat ini muncul berbagai aset digital. Dengan adanya Rupiah Digital, makin memantapkan penggunaan Rupiah sebagai alat pembayaran satu-satunya yang sah.
Keempat, efektivitas kebijakan moneter makin baik karena semua transaksi akan tercatat. Ini juga menghindari masalah kriminal seperti penghindaran pajak, pencucian uang, dan lain-lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News