Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kendati pencapaian premi industri asuransi jiwa tercatat melorot 2,5% pada paruh pertama tahun ini, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) optimistis, total pendapatan premi mampu tumbuh di kisaran 15% - 16% sampai akhir tahun nanti.
Optimisme itu bukan isapan jempol, mengingat, Hendrisman Rahim, Ketua Umum AAJI bilang, tren perolehan premi bisnis baru (new business premium) banyak terjadi di kuartal ketiga dan keempat. “Apalagi, di kuartal ketiga, ada pemain baru yang akan aktif meramaikan pasar asuransi jiwa,” tuturnya, Senin (1/9).
Pada enam bulan pertama tahun ini, premi bisnis baru industri asuransi jiwa tercatat melorot 16,3% (year on year) dari sebesar Rp 36,52 triliun menjadi hanya Rp 30,57 triliun. Sementara, premi lanjutan industri asuransi jiwa tumbuh 25% atau menjadi Rp 23,01 triliun.
“Wacana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) akan sedikit menjadi kendala pada semester kedua ini. Namun, pemerintahan baru memberikan angin segar bagi industri. Saya kira, total premi yang saat ini terkoreksi minus 2,5% bisa mencapai 15% - 16% sampai akhir tahun. Karena, trennya selalu begitu,” terang Hendrisman.
Nini Sumohandoyo, Kepala Departemen Komunikasi AAJI mengungkapkan, pertumbuhan premi juga akan ditopang oleh peningkatan jumlah nasabah. “Terutama, nasabah individu akan meningkat pada semester kedua. Ini akan mendongkrak premi bisnis baru,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News