Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) merevisi proyeksi pertumbuhan premi industri menjadi 14% secara tahunan atau year on year (yoy) di tahun ini. Sebelumnya, AAU memperkirakan pertumbuhan pendapatan premi asuransi umum hanya mencapai 10% yoy dibandingkan pencapaian 2018.
“Hingga kuartal kedua 2019 pertumbuhan premi sudah mencapai 20,6% yoy. Setelah kami hitung kembali, proyeksi dan harapan kami sampai akhir tahun tumbuh 14%,” ujar Direktur Eksekutif AAUI, Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe di sela-sela acara Indonesia Rendezvous ke-25 di Bali Nusa Convention Centre (BNDCC) pada Kamis (17/10).
Kata Dody, AAUI juga menghitung estimasi pertumbuhan premi pada 2020. Ia bilang dengan catatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 sama dengan dicanangkan pemerintah sebesar 5,3%, maka pendapatan premi asuransi umum paling tidak bisa tumbuh 17% dibandingkan pencapaian 2019.
Dody menyebut, proyeksi pertumbuhan premi sebesar 17% di 2020 juga berdasarkan pencapaian semester I-2019. Apalagi pemerintahan baru sudah terpilih.
Baca Juga: AAUI sebut lima cara menggarap momentum asuransi pada 25 tahun mendatang
"Pertumbuhan ekonomi tinggi ditambah dengan penetrasi yang masih 2,7% dibandingkan pendapatan domestik bruto (PDB), dan penetrasi asuransi umum masih di bawahnya, ini menjadi peluang. Ini juga yang menjadi alasan asing ingin masuk Indonesia,” tambah Dody.
Dody bilang, lini bisnis yang masih akan menjadi penopang bisnis asuransi umum masih pada asuransi properti dan kendaraan bermotor. Kedua lini bisnis ini merupakan produk yang umumnya dijual oleh hampir seluruh pemain asuransi umum. Selain itu, polis dari kedua lini binis ini, terbilang lebih sederhana.
“Suplai pasarnya paling banyak, seperti properti dari pembangunan dan KPR perbankan. Kendaraan bermotor, secara manufaktur sudah kembali bangkit karena menjelang pemilu. Asuransi itu ekornya, kalau kepadanya itu pertumbuhan ekonomi, perbankan, multifinance, naik, asuransi juga naik,” tutur Dody.
Kendati masih memiliki peluang yang besar pada 2020, Dody menilai, masih ada tantangan yang harus dihadapi oleh pemain asuransi umum. Salah satunya biaya operasional yang masih tinggi. Padahal pendapatan premi tinggi dan klaim rasio tumbuh tapi tidak besar.
Baca Juga: AAUI soroti milenial pada Indonesia Rendezvous ke-25
“Pengeluaran ini banyak muncul seperti kompetisi, dan biaya-biaya lain. Hal ini yang membuat margin asuransi umum turun. Cara mengatasinya hanya bisa dengan teknologi mulai dari pemasaran hingga operasionalnya,” tambah Dody.
Artinya, insurtech menjadi jawaban atas tantangan ini. Namun Dody menyebut, insurtech di Indonesia masih dalam bentuk agregator untuk penjualan dan belum komprehensif. Ia menyebut insurtech yang paling tepat ialah menggunakan big data dan analisis data.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News