Reporter: Ferry Saputra | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemberian suku bunga khusus atau special rate dari perbankan kepada deposan-deposan besar disebut menjadi salah satu penyebab lambatnya penurunan bunga kredit perbankan, meski suku bunga Bank Indonesia sudah menunjukkan tren penurunan. Atas dasar itu, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mengambil kesepakatan bersama untuk mengatasi permasalahan special rate. KSSK mengimbau para deposan besar tidak meminta bunga yang terlalu tinggi ketika menempatkan investasi di deposito.
Adapun industri asuransi umum menjadi salah satu lembaga keuangan yang memiliki porsi investasi besar di deposito. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) turut angkat bicara mengenai hal itu.
Ketua Umum AAUI Budi Herawan bilang persisnya tak mengetahui soal special rate tersebut. Namun, dia mengaku pernah mendengar adanya permintaan special rate dalam menempatkan investasi di deposito.
Baca Juga: Dapen BCA Sebut Tidak Pernah Menerima Special Rate Dalam Menempatkan Dana di Deposito
"Persisnya saya tidak tahu, tetapi saya pernah mendengar untuk penempatan jumlah-jumlah tertentu memang ada perlakuan khusus di dalam pemberian tingkat suku bunga. Cuma masalahnya perlakuan khusus itu berdampak terhadap penjaminan daripada simpanan itu sendiri," ujarnya saat konferensi pers di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (30/11/2025).
Budi menerangkan kalau Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menjadi basisnya adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Dia bilang tentu ada batasan-batasan sesuai regulasi mengenai special rate.
"Kalau angkanya itu di luar atau lebih tinggi dari SBI, tentunya penempatan itu tak dijamin juga di dalam penjaminan," tuturnya.
Lebih lanjut, Budi mengungkapkan industri asuransi umum memang mengandalkan deposito sebagai salah satu instrumen investasi. Namun, dia juga mengatakan bahwa terjadi pergeseran investasi dari deposito ke instrumen lain, seiring dengan bunga deposito yang makin rendah. Namun, pergeseran itu terbilang tak signifikan karena deposito dianggap industri asuransi umum menjadi instrumen yang paling likuid.
Baca Juga: Bank Digital Ini Memberikan Bunga Deposito Tinggi Hingga 8,25% Per Tahun
"Deposito memang makin ke depan bunganya makin rendah, tetapi yang paling likuid adalah deposito. Terjadi pergeseran-pergeseran dalam unsur investasi di industri asuransi umum. Kami memang coba masuk ke Surat Utang Negara yang memang menjanjikan lebih baik yield-nya antara 7% sampai 9%," ungkapnya.
Budi menambahkan apabila suku bunga deposito kembali turun, tentu memiliki dampak terhadap industri asuransi umum yang memang harus menjaga likuiditas untuk pembayaran klaim. Alhasil, dia bilang bisa saja pendapatan asuransi umum dari sisi hasil investasi bisa saja tergerus.
"Salah satu pendapatan perusahaan asuransi umum itu juga dari hasil investasi. Kalau dibedah lagi, memang kami punya hasil underwriting bersih, itu sebagian dari perusahaan asuransi umum belum bisa menuntup biaya OPEX," ucap Budi.
Sementara itu, Wakil Ketua AAUI untuk Bidang Statistik dan Riset Trinita Situmeang menerangkan portofolio investasi di industri asuransi umum memang terjadi pergeseran. Dia bilang pergeseran itu memiliki tujuan untuk mengoptimalkan dana investasi yang ada demi meraih hasil investasi yang optimal, tanpa mengabaikan prinsip-prinsip manajemen risiko.
Baca Juga: AAUI Optimistis Kinerja Asuransi Umum Bisa Tumbuh 8% di Tahun 2025
"Oleh karena itu, terjadi juga pergeseran di Surat Berharga Negara," tuturnya.
Sebagai informasi, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat industri asuransi umum memperoleh total investasi Rp 130,58 triliun per kuartal III-2025, atau naik 8,6% secara Year on Year (YoY). Adapun hasil investasi yang diraih sebesar Rp 6,11 triliun, atau naik 16,1% secara YoY.
Sementara itu, berdasarkan instrumen, penempatan di deposito berjangka dan sertifikat tercatat sebesar Rp 25,06 triliun per kuartal III-2025. Porsinya terbilang menurun menjadi 19,2%, dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar 19,7%.
Adapun penngkatan investasi terjadi di instrumen SBN dengan nilai sebesar Rp 47,49 triliun per kuartal III-2025, atau porsinya sebesar 36,4%. Porsinya terbilang meningkat, jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar 35,6%.
Baca Juga: Bunga Deposito Valas USD Bank Mandiri, BRI, BNI dan BTN Naik Jadi 4%
Selanjutnya: Realisasi Anggaran Baru 72,41% hingga 20 November 2025, Ini Kata Mentan
Menarik Dibaca: Harga Emas Hari Ini Turun Tipis, Peluang Penurunan Suku Bunga The Fed Masih Ketat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













