Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Anna Suci Perwitasari
Selain itu, aset Pegadaian pun tumbuh 22% secara tahunan dari Rp 56,1 triliun menjadi Rp 68,4 triliun di semester I-2020. Sedangkan, liabilitas tumbuh 23,5% yoy dari Rp 35,8 triliun menjadi 44,2 triliun di enam bulan pertama 2020. Adapun ekuitas tumbuh 19,5% yoy dari Rp 20,3 triliun menjadi 24,2 triliun pada Juni 2020.
Sebenarnya, pandemi Covid-19 turut menekan rasio keuangan Pegadaian, tercatat return on asset (ROA) turun dari 5,47% pada Juni 2019 menjadi 4,47% pada Juni 2020. Sedangkan return on equity (ROE) juga mengalami penurunan dari 13,48% menjadi 12,64% pada Juni 2020.
Sedangkan rasio utang atau debt to equity ratio (DER) ikut meningkat dari 1,77 kali pada Juni 2019 menjadi 1,83 kali pada Juni 2020. Begitupun dengan beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) meningkat dari 73,94% pada Juni 2019 menjadi 80,46% di Juni 2020.
Baca Juga: Transaksi emas di Pegadaian digital naik signifikan, ini sebabnya
“Meski pinjaman banyak yang kami restrukturisasi, kualitas pembiayaan masih bagus dibandingkan sektor keuangan lainnya. Rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) mengalami peningkatan dari 2,32% pada Juni 2019 menjadi 2,37% di Juni 2020. Walaupun naik, sudah kami cadangkan semuanya bila ada kondisi buruk,” tambah Kuswiyoto.
Masih bertumbuhnya kinerja bisnis Pegadaian tak terlepas dari semakin berkembangnya jaringan distribusi baik online maupun offline. Hingga semester pertama 2020, terdapat 4.112 outlet dan 10.385 agen pegadaian yang tersebar di seluruh Indonesia.
Selain itu, Kuswiyoto bilang Pegadaian sudah menerapkan standar operasional agar proses pencairan pembiayaan hanya 15 menit. Besarnya kapasitas nasabah hingga 15 juta mampu mendukung bisnis Pegadaian di tengah pandemi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News