kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   -200,00   -1,24%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

Ada Ruang Suku Bunga Turun, Apakah Perbankan Bakal Berhenti Menaikkan Bunga Kredit?


Kamis, 18 Mei 2023 / 20:27 WIB
Ada Ruang Suku Bunga Turun, Apakah Perbankan Bakal Berhenti Menaikkan Bunga Kredit?
ILUSTRASI. Rezim bunga tinggi di Indonesia diperkirakan mulai bisa ditinggalkan tahun ini. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rezim bunga tinggi di Indonesia diperkirakan mulai bisa ditinggalkan tahun ini. Menyusul, ada ruang terbuka yang kini tersedia bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan dengan kondisi ekonomi yang mulai membaik.

Ini berkaca pada neraca perdagangan barang Indonesia yang kembali mencatat surplus pada bulan April 2023 senilai US$ 3,94 miliar. Ditambah, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tumbuh 5,03% secara tahunan (YoY) pada tiga bulan pertama di 2023.

Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman melihat BI memiliki ruang yang terbuka untuk penurunan suku bunga acuan di semester kedua tahun ini. Menurutnya, ada beberapa faktor yang mendorong hal tersebut bisa terjadi.

Baca Juga: Perbankan Semakin Gencar Salurkan Kredit Kendaraan Listrik

“Kami melihat suku bunga acuan di semester 2 tahun ini menurun ke arah 5% dari sekarang posisinya 5,75%,” ujar Helmi.

Menurut Helmi, salah satu faktor pendorongnya adalah tingkat suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat yang sudah hampir mencapai puncak. Ditambah, Indonesia sendiri mencatat inflasi sudah mereda di Indonesia dan defisit APBN sudah kembali ke level sebelum pandemi Covid-19.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae sependapat bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini terjaga baik dan hasil ekspor tetap baik dengan surplus neraca perdagangan yang terus berlangsung hingga April 2023. 

Hanya saja, ia mengingatkan bahwa ekonomi Indonesia merupakan ekonomi terbuka sehingga apa yang terjadi dalam ekonomi global secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh bagi ekonomi Indonesia. 

Dalam hal ini, Dian menyoroti bahwa era suku bunga acuan AS yang tinggi belum akan berakhir dalam waktu dekat karena laju inflasi yang tinggi. Oleh karenanya, ia menilai suku bunga acuan BI masih sulit turun.

Di sektor perbankan sendiri, Dian mengamini bahwa sejak akhir 2022 sampai saat ini suku bunga perbankan arahnya mulai naik sejalan dengan kenaikan suku bunga acuan BI. Meski, dalam kurun waktu lebih kurang 4 tahun terakhir, Suku Bunga Kredit (SBK) perbankan sedang dalam tren mengalami penurunan. 

Ia menyebut dalam Survey Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) Triwulan II-2023, perbankan memperkirakan SBK akan relatif stabil, sejalan dengan asumsi suku bunga acuan yang tidak akan naik lagi.

“Sehubungan dengan hal tersebut, suku bunga kredit perbankan diperkirakan akan stabil dengan pergerakan minimal,” ujar Dian kepada KONTAN, Kamis (18/5).

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan bahwa sejak tahun lalu pihaknya tidak menaikkan suku bunga. Justru, ia menyebut bahwa bunga Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ada yang turun.

Jika mengutip dari laman resminya, BCA mencatatkan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) untuk kredit konsumsi KPR ada di level 7,20%. Sementara, untuk kredit konsumsi non KPR berada di level 5,96%.

Untuk saat ini, Jahja belum mau menjanjikan apakah BCA bakal menurunkan suku bunga lagi atau sebaliknya. Hal tersebut tergantung beberapa faktor yang bisa mempengaruhi bunga kredit BCA.

“Tergantung funding dan BI rate juga, gak janji (bakal turun),” ujarnya.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) Lani Darmawan mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya masih akan memonitor dari sisi stabilitas  terkait Cost of Fund atau biaya dana.

Baca Juga: Transaksi BI Fast BNI dan Mandiri Semakin Melesat

Jika melihat dari laman resminya, SBDK CIMB Niaga bervariasi mulai dari 7,3% hingga 8,75%. Di mana, segmen kredit ritel memiliki SBDK yang paling tinggi di level 8,75% dan bunga KPR menjadi yang terendah di level 7,3%.

“Diharapkan biaya dana akan menurun dalam kuartal ke depan sehingga diusahakan suku bunga kredit tidak perlu dinaikkan lagi,” ujarnya.

Ia bilang kenaikan bunga kredit telah terjadi dalam setahun terakhir di hampir semua segmen namun segmen korporasi yang paling akhir dan lebih melihat ke total relationship pricing.

Sementara itu, Senior Faculty LPPI Moch Amin Nurdin menilai ketika nantinya suku bunga BI turun, ada kecenderungan bahwa perbankan juga akan menurunkan bunga kreditnya.

“Meskipun tidak langsung bereaksi karena sesungguhnya bank itu masih wait and see,” ujar Amin.

Ia menyebut juga meskipun beberapa waktu terakhir BI sering menaikkan suku bunga, ada juga beberapa bank yang bahkan belum menaikkan bunga kredit yang ditawarkan. Jadi, ia menilai sementara BI belum menurunkan suku bunga, bank masih berpeluang menaikkan bunga kreditnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×