kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ada time gap penurunan BI rate dan SBDK


Kamis, 10 November 2011 / 11:14 WIB
Ada time gap penurunan BI rate dan SBDK
ILUSTRASI. Vaksin Covid-19 Sinovac China


Reporter: Astri Kharina Bangun |

JAKARTA. Kendati pergerakannya sejalan, namun jangan dulu buru-buru berharap suku bunga dasar kredit (SBDK) langsung menciut saat suku bunga acuan (BI rate) diturunkan.

Ketua Persatuan Perbankan Nasional (Perbanas) Sigit Pramono menuturkan ada empat faktor yang mendorong penurunan SBDK. Pertama, jika suku bunga tabungan, giro dan deposito lebih dulu diturunkan.

"Ketiga hal itu ibaratnya kulakan kami. Kalau tiga hal itu belum turun jangan berharap bunga kredit akan turun," ujar Sigit yang ditemui usai Seminar Perpajakan Industri Perbankan 2011, Kamis (10/11).

Kedua, persaingan yang wajar di industri perbankan. Kalau satu bank sudah menurunkan suku bunga tabungan, giro dan deposito bank-bank lain otomatis juga akan mengikuti.

Ketiga, kemampuan perbankan melakukan efisiensi sebaik mungkin. Dengan begitu, perbankan bisa mengurangi beban biaya (cost of fund) dan ujung-ujungnya bisa menjual produk lebih murah.

Keempat, faktor premi risiko. Hal ini bergantung pada kondisi makro perekonomian dalam negeri. Semakin baik kondisi makro, maka makin baik pula premi risiko dan berdampak pada penurunan SBDK.

"Secara jangka panjang penurunan BI rate dan SBDK inline. Hanya saja, tidak serta-merta. Ada rentang waktunya yang tidak bisa langsung dipastikan," jelas Sigit.

Menanggapi SBDK di Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan negara-negara kawasan ASEAN lainnya, menurut Sigit tak lepas dari tingkat inflasi, rendahnya suku bunga simpanan, serta penetrasi perbankan terhadap masyarakat.

Di Malaysia dan Singapura masyarakat yang belum terjangkau bank jauh lebih sedikit dibandingkan di Indonesia sehingga ekspansi bank tidak sebesar di Indonesia. Alhasil, biaya investasi-investasi baru bank-bank di sana tidak sebesar bank-bank di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×