CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.364.000   21.000   0,90%
  • USD/IDR 16.757   28,00   0,17%
  • IDX 8.420   13,34   0,16%
  • KOMPAS100 1.164   -0,44   -0,04%
  • LQ45 848   -0,95   -0,11%
  • ISSI 294   0,44   0,15%
  • IDX30 442   -0,63   -0,14%
  • IDXHIDIV20 514   -0,01   0,00%
  • IDX80 131   0,01   0,01%
  • IDXV30 135   -0,15   -0,11%
  • IDXQ30 142   -0,01   -0,01%

Ada time gap penurunan BI rate dan SBDK


Kamis, 10 November 2011 / 11:14 WIB
Ada time gap penurunan BI rate dan SBDK
ILUSTRASI. Vaksin Covid-19 Sinovac China


Reporter: Astri Kharina Bangun |

JAKARTA. Kendati pergerakannya sejalan, namun jangan dulu buru-buru berharap suku bunga dasar kredit (SBDK) langsung menciut saat suku bunga acuan (BI rate) diturunkan.

Ketua Persatuan Perbankan Nasional (Perbanas) Sigit Pramono menuturkan ada empat faktor yang mendorong penurunan SBDK. Pertama, jika suku bunga tabungan, giro dan deposito lebih dulu diturunkan.

"Ketiga hal itu ibaratnya kulakan kami. Kalau tiga hal itu belum turun jangan berharap bunga kredit akan turun," ujar Sigit yang ditemui usai Seminar Perpajakan Industri Perbankan 2011, Kamis (10/11).

Kedua, persaingan yang wajar di industri perbankan. Kalau satu bank sudah menurunkan suku bunga tabungan, giro dan deposito bank-bank lain otomatis juga akan mengikuti.

Ketiga, kemampuan perbankan melakukan efisiensi sebaik mungkin. Dengan begitu, perbankan bisa mengurangi beban biaya (cost of fund) dan ujung-ujungnya bisa menjual produk lebih murah.

Keempat, faktor premi risiko. Hal ini bergantung pada kondisi makro perekonomian dalam negeri. Semakin baik kondisi makro, maka makin baik pula premi risiko dan berdampak pada penurunan SBDK.

"Secara jangka panjang penurunan BI rate dan SBDK inline. Hanya saja, tidak serta-merta. Ada rentang waktunya yang tidak bisa langsung dipastikan," jelas Sigit.

Menanggapi SBDK di Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan negara-negara kawasan ASEAN lainnya, menurut Sigit tak lepas dari tingkat inflasi, rendahnya suku bunga simpanan, serta penetrasi perbankan terhadap masyarakat.

Di Malaysia dan Singapura masyarakat yang belum terjangkau bank jauh lebih sedikit dibandingkan di Indonesia sehingga ekspansi bank tidak sebesar di Indonesia. Alhasil, biaya investasi-investasi baru bank-bank di sana tidak sebesar bank-bank di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×