CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Agar bisa bertahan, AAUI minta anggota tak mengejar top line di 2021


Kamis, 17 Desember 2020 / 18:15 WIB
Agar bisa bertahan, AAUI minta anggota tak mengejar top line di 2021
ILUSTRASI. Dari sisi klaim, asuransi kredit menyumbang klaim paling besar yakni 23,2% total klaim asuransi umum.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan bisnis asuransi umum karena pandemi masih berlanjut mendekati akhir tahun. Melihat hal ini, Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menyatakan terdapat strategi agar bisa tetap bertahan ke depannya.

Ketua Umum AAUI Hastanto Sri Margi Widodo menyatakan agar para anggota tidak hanya mengejar pendapatan premi atau top line. Lantaran berdasarkan kalkulasi asosiasi, penurunan bisnis bisa meningkatkan kesehatan perusahaan.

“Jangan hanya kejar top line, bahkan stress test kami menunjukkan kalau tidak ada masalah solvabilitas, menurunkan premi secara efektif meningkatkan solvabilitas,” ujar Widodo, Kamis (17/12).

Dia memberikan simulasi dengan risk based capital (RBC) di level 146,30%, bila ada kenaikan gross claim 15% maka RBC jadi 126,50%. Sedangkan bila pelaku asuransi umum mengerem bisnis, dengan penurunan premi sebesar 25%, maka RBC dari 146,30% meningkat menjadi 154,50%.

Baca Juga: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis bisnis asuransi di 2021 akan lebih baik

Tapi, Widodo tidak merinci proyeksi pendapatan premi asuransi umum di 2021. Dia melihat, masih ada tantangan yang harus dihadapi industri asuransi umum, terutama pada lini bisnis asuransi kredit.

Hal ini tidak terlepas dari dampak pandemi telah memperbesar risiko bagi para debitur kredit di perbankan maupun pada perusahaan pembiayaan. Dia menyebut bila OJK tidak memberikan relaksasi kredit, maka hal ini akan membebani klaim asuransi kredit.

Asuransi kredit telah menjadi kontributor premi terbesar ketiga setelah asuransi motor dan properti. Sementara dari sisi klaim, asuransi kredit menyumbang klaim paling besar yakni 23,2% total klaim atau setara Rp 5,98 triliun di triwulan tiga 2020.

Baca Juga: Sudah Ada Asosiasi, Jumlah Pelaku Industri Urun Dana Bisa Bertambah



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×