kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Agus Marto: Perbankan nasional harus tiru Malaysia


Senin, 14 Juli 2014 / 22:54 WIB
Agus Marto: Perbankan nasional harus tiru Malaysia
ILUSTRASI. Pekerja di salah satu proyek PT. Waskita Karya Tbk (WSKT) di Jakarta, Kamis (3/11/2022). KONTAN/Baihaki/3/11/2022


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Bank terbesar kedua Malaysia CIMB Group telah mengantongi izin dari bank sentral untuk memulai pembicaraan terkait merger dengan RHB Capital dan Malaysia Building Society. Merger ini untuk menciptakan bank terbesar di negeri jiran tersebut.

Rencana merger ini terkait harapan pemerintah Malaysia agar sektor keuangan dapat membantu mewujudkan visi pemerintah untuk mengubah Malaysia menjadi negara maju pada 2020 dan menciptakan bank terbesar di Malaysia dengan aset senilai Rp 2.300 triliun. Targetnya adalah melipatgandakan pendapatan per kapita menjadi 48.000 ringgit atau US$ 15.000 dalam 6 tahun ke depan.

Menanggapi hal itu, Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo berharap, agar industri perbankan nasional dapat mencontoh hal yang sama seperti dilakukan oleh Malaysia dalam memperbesar perbankannya. Saat ini, Indonesia sangat membutuhkan bank dengan aset yang besar dan kuat.

Oleh karena itu, konsolidasi antar perbankan nasional sangat diperlukan. "Jadi seperti di Malaysia, di Indonesia juga perlu ada konsolidasi untuk membentuk satu bank yang kuat dan sehat untuk ekspansi bahkan ke negara anggota ASEAN. Maka untuk membangun suatu bank yang kuat, perlu ada konsolidasi," kata Agus di Gedung BI, Jakarta, Senin (14/7).

Agus bilang bahwa konsolidasi merupakan hal yang penting untuk memperkuat perbankan nasional. Apalagi saat ini menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 dan untuk sektor keuangan akan berlaku pada tahun 2020.

Menurut Agus, merger bank Malaysia, yaitu CIMB merupakan langkah yang baik, untuk menguatkan perbankan di negara tetangga itu. Konsolidasi antar perbankan di tanah air, sudah ada dalam rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui revisi arsitektur perbankan yang sudah berlaku saat ini.

"Jika terkait dengan rencana arsitektur perbankan ke depan, OJK ada rencana mengeluarkan revisi arsitektur perbankan dan tentunya dari sisi makro prudential, BI akan menyampaikan pandangannya nanti," jelas Agus.

Lebih lanjut Agus mengungkapkan, pertumbuhan perbankan nasional pasca krisis tahun 1997-1998 telah mengalami perbaikan. Namun begitu, menurut Agus, industri perbankan nasional harus lebih kuat lagi dan menyiapkan diri dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

"Itu PR yang harus disiapkan dengan serius dalam menyiapkan persaingan saat MEA. Memang perbankan Indonesia sejak krisis saat itu terus membangun kesiapan dari sektor perbankan. Diharapkan nanti saat MEA, dengan melakukan konsolidasi, dapat membuat perbankan nasional hadir ditengah negara ASEAN lainnya," ucap Agus.

Seperti dikutip dari Channel News Asia, rencana merger ini terkait harapan pemerintah Malaysia agar sektor keuangan dapat membantu mewujudkan visi pemerintah untuk mengubah Malaysia menjadi negara maju pada 2020. Entitas yang akan merger ini nantinya akan memiliki total aset 614 miliar ringgit. Ini akan menggeser Maybank dari posisi teratas yang memiliki total aset 578 miliar ringgit.

Malaysia, yang merupakan negara ekonomi terbesar ketiga Asia Tenggara setelah Indonesia dan Thailand, berharap untuk menjadi pintu gerbang penting pasar regional. Sementara itu, dalam hal keuangan Islam, Malaysia ingin menjadi pusat internasional yang terdepan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×